Pemberontakan Kahar mula-mula dipicu kekecewaan mendalam. Menurut Sejarawan Universitas Indonesia (UI) Anhar Gonggong, kekecewaan itu persisnya ketika Kolonel Alex Kawilarang menolak Kesatoean Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) bentukan Kahar masuk Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).
Penolakan itu membikin La Domeng merasa gagal mengembalikan harga dirinya sebagai orang Bugis-Makassar. Kahar berikut KGSS lalu memutuskan bergabung dengan gerakan DI/TII Kartosoewirjo pada 20 Agustus 1952.
Meski riwayatnya berakhir, namun bagian sebagian masyarakat Sulawesi terutama Luwu, masih ada yang memercayai Kahar masih hidup.
(Fahmi Firdaus )