Menurutnya, pejabat lokal China cenderung memanipulasi statistik untuk memenuhi kuota, dengan menyajikan narasi palsu melalui media pemerintah. Ia menekankan bahwa ekonomi yang stagnan dan kurangnya kebebasan terus memicu keputusasaan yang meluas di kalangan pemuda.
Sejumlah laporan yang beredar secara daring telah menyoroti kekhawatiran mengenai orang lanjut usia di Beijing dan Shanghai yang meninggal sendirian, dengan klaim yang menunjukkan bahwa aset-aset mereka kemudian diambil oleh negara.
Sebuah anekdot daring menarik perhatian pada isu ini, menggambarkan percakapan di mana seorang pengacara memperingatkan seorang individu muda tentang potensi konsekuensi dari tetap tidak menikah dan tidak memiliki anak, yang menyiratkan bahwa harta mereka dapat disita oleh pemerintah.
Tanggapan tersebut mencerminkan rasa pasrah, dengan individu tersebut menyatakan bahwa mereka tidak memiliki apa pun untuk ditinggalkan kecuali keberadaan mereka sendiri. Demikian pula, selama lockdown Covid-19 di Shanghai pada 2022, penegak karantina diduga menekan pasangan untuk mematuhi tindakan isolasi yang ketat, memperingatkan bahwa kegagalan untuk mematuhi dapat mengakibatkan hukuman keamanan yang memengaruhi banyak generasi.
Respons mereka, yang menyatakan penolakan untuk berkontribusi bagi generasi mendatang, bergema luas di seluruh platform daring, menggarisbawahi meningkatnya frustrasi dengan tata kelola, ketidakstabilan keuangan, dan kendala sosial di China.
(Rahman Asmardika)