Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Cegah Karhutla, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca Selama 7 Hari di Riau

Binti Mufarida , Jurnalis-Selasa, 06 Mei 2025 |14:45 WIB
Cegah Karhutla, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca Selama 7 Hari di Riau
BMKG Modifikasi Cuaca (foto: Okezone)
A
A
A

Berdasarkan sistem early warning BMKG, musim kemarau di Indonesia, termasuk Riau, telah dimulai sejak April dan diprediksi mencapai puncaknya antara Juni hingga Agustus 2025. Provinsi Riau sendiri mengalami dua kali musim kemarau dalam setahun, yakni Februari–Maret dan Mei–September, sehingga berisiko menghadapi Karhutla dengan frekuensi lebih tinggi dibanding wilayah lain.

“Potensi kekeringan dan Karhutla pada Mei hingga September 2025 diperkirakan meningkat akibat anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik dan wilayah barat Indonesia. Karena itu, diperlukan intervensi melalui OMC untuk menjaga kelembapan gambut dan mencegah kebakaran sebelum musim kemarau mencapai puncaknya,” jelas Dwikorita.

Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menyampaikan bahwa sejak 2015, paradigma OMC telah berubah dari sekadar respons pemadaman menjadi langkah mitigasi dan pencegahan dini. Strategi ini terbukti efektif. Data menunjukkan, jumlah hotspot nasional menurun tajam dari 8.168 titik pada 2019 menjadi hanya 499 titik pada 2023 — turun sebesar 93,9%. Begitu pula dengan luas lahan terbakar yang turun dari 90.550 hektare menjadi 7.267 hektare dalam periode yang sama.

“Dengan kondisi cuaca yang masih relatif mendukung pembentukan awan hujan, OMC diharapkan mampu menekan jumlah hotspot dan mengurangi risiko kebakaran gambut yang biasa terjadi pada pertengahan hingga akhir musim kemarau,” kata Seto.

Seto menambahkan, bahwa pelaksanaan OMC di Riau merupakan hasil kolaborasi antara BMKG, BNPB, TNI Angkatan Udara, operator swasta, dan sejumlah pemangku kepentingan. Operasi ini menggunakan pesawat Cessna Caravan 208B yang telah dimodifikasi khusus untuk penyemaian awan.

Selama pelaksanaan, BMKG terus melakukan pemantauan cuaca dan dinamika atmosfer secara harian. Data ini menjadi dasar penentuan waktu dan lokasi penyemaian yang tepat, efisien, dan berbasis sains.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement