"Dengan kita lakukan clinical trial level 3, kita bisa tahu lebih dulu kecocokannya dengan orang kita. Karena itu tergantung genetiknya juga. Yang kedua, kita bisa mendapatkan akses terhadap teknologi vaksin ini. Karena ilmuwan-ilmuwan kita kan dilibatkan. Ini kerjasama dengan UNPAD dan Universitas Indonesia," ujar BGS.
BGS juga menyinggung pentingnya vaksin dalam memutus rantai penyebaran penyakit menular, sebagaimana terbukti dalam pandemi COVID-19. Namun, tidak seperti COVID-19, TBC lama terabaikan karena dianggap hanya masalah negara miskin.
"Tidak ada vaksinnya karena ini kejadian di negara miskin. Jadi negara maju enggak mau bikin. Gates Foundation sudah membiayai negara-negara vaksin TBC yang baru, terutama untuk Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Ini negara-negara miskin yang banyak TBC. Dia bikin vaksin itu sekarang sudah ada dan sedang clinical trial level 3," jelasnya.
BGS mengungkapkan uji klinis vaksin TBC di Indonesia sudah berjalan hampir enam bulan. Jika semua berjalan sesuai rencana, laporan awal (interim report) akan keluar pada 2026, dan vaksin siap diluncurkan pada akhir 2028.
"Dulu ada clinical trial level 1, level 2, level 3 dan yang terakhir. Itu dilakukan di 7 negara, salah satunya di Indonesia, vaksinnya sudah ada. Itu dicobakan di 7 negara ini untuk melihat efeksi sama keamanannya. Jadi safety sama efekasinya. Diharapkan nanti di akhir 2028 itu bisa keluar," paparnya
(Khafid Mardiyansyah)