Dimunculkanlah teka-teki yang diminta kedua untuk memilih antara isinya atau kulitnya. Pangeran Surabaya memilih isinya, Senapati memperoleh kulitnya. Sunan Giri menyatakan kepada utusannya setelah ia pulang: "... kulit itu adalah tanahnya, isinya orang-orangnya. Apabila orang-orang itu tidak patuh pada pemilik tanah, maka mereka itu diusir." Senapati memang telah memilih yang terbaik.
Konon Serat Kandha mendeskripsikan bagaimana kekuatan tak seimbang antara kubu Panembahan Senopati yang disokong oleh Sunan Giri dengan Pangeran Surabaya. Pertemuan antara kedua pasukan Senopati dan Pangeran Surabaya ini pasca Senopati memohon penegasan Sunan Giri atas pengangkatannya sebagai panembahan dan memperolehnya.
Setelah itu diputuskannya untuk menaklukkan ujung timur Jawa dengan mengirimkan pasukan sebanyak 6.000 orang, berikut juga pamannya. Tetapi untuk melawannya Pangeran Surabaya mengumpulkan lebih kurang 40.000 orang yang berasal dari bupati-bupati di sekitarnya, dan terlebih dahulu mengirimkan berita tentang ekspedisi yang akan dilakukannya itu kepada Sunan Giri. Kubu kedua pasukan berhadapan, tidak lama kemudian 40 santri dari Giri, melalui garis depan, datang membawa surat balasan dari Sunan.
(Angkasa Yudhistira)