Menurut Charles, ketegangan di Timur Tengah jika mengganggu jalur distribusi minyak seperti Selat Hormuz dikhawatirkan berdampak langsung pada perekonomian. Menurutnya, Indonesia sebagai negara pengimpor minyak menghadapi risiko kenaikan biaya logistik, tekanan terhadap neraca perdagangan, dan gangguan pada stabilitas fiskal.
Ditambah ketidakpastian global dapat menurunkan minat investasi dan memperlambat ekspansi pelaku usaha. "Saya yakin Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto telah menyiapkan langkah antisipatif yang terukur dalam menghadapi tantangan ini," ujarnya.
Keyakinan itu didasarkan pada komunikasi aktif Presiden Prabowo dengan para pemimpin dunia, yang diyakini mampu menjembatani ketegangan antara Iran dan Israel. Kemudian, juga dengan mitigasi yang dilakukan kementerian dan lembaga terkait.
"Presiden Prabowo sudah menjalin komunikasi dengan sejumlah kepala negara, dan itu menjadi modal awal penting untuk membangun koordinasi ekonomi dan politik luar negeri yang lebih strategis,” katanya.
(Arief Setyadi )