Menurut Faizal, masuknya propaganda politik internasional yang harus dikhawatirkan adalah potensi pertentangan sesama anak bangsa, seperti yang terjadi di Korea Selatan di mana krisis kepemimpinan berujung pada presiden yang digulingkan, kemudian Suriah dan sejumlah negara di Eropa Timur.
“Tapi kami percaya bahwa bangsa Indonesia menjadi lokomotif pencerdasan politik lewat demokrasi yang sangat bagus dan sudah teruji tangguh dalam menyikapi dinamika. Kita percaya hanya satu tagar saja: Jaga NKRI. Jangan sampai dinamika internasional menyeret kita terlalu jauh dalam jebakan geopolitik yang kontraproduktif,” katanya.
Ia meyakini pemerintahan Prabowo mampu membawa Indonesia melalui dinamika yang terjadi dengan baik. Didukung dengan semangat persatuan, Indonesia diyakini kuat dan tangguh dalam menghadapi tantangan situasi internasional. Keyakinan itulah yang membuatnya mengangkat tema diskusi “Jaga NKRI.”
“Kami juga menyoroti bahwa demokrasi membuka ruang secara konstruktif dalam pengawasan terhadap kekuasaan, baik di pemerintahan pusat maupun daerah. Tapi di tengah kepungan situasi dan begitu banyak masalah di nasional maupun internasional, maka cara pandang politik negara harus berbasis pada ideologi Pancasila, yaitu dengan hikmat kebijaksanaan yang perlu diutamakan,” imbuhnya.
Faizal pun mendukung program yang digaungkan Prabowo tentang kebutuhan ketahanan nasional dan ancaman krisis energi. Namun, ia mengingatkan bahwa kebutuhan yang tak kalah mendesak adalah agar Indonesia keluar dari jebakan konflik antargolongan dan kelompok.