Perubahan sikap Trump ini tidak lepas dari posisi strategisnya: setelah menekan Iran secara diplomatis dan militer sejak awal 2025 lewat kebijakan “maximum pressure” dan ancaman militer.
Trump kini memosisikan diri sebagai penengah agresif—mengkritik kedua belah pihak dan menyerukan stabilisasi kawasan.
Langkah tersebut menuai respons beragam, pendukungnya mengapresiasi sikap tegasnya dalam menjaga perdamaian, sementara kritikus menyoroti inkonsistensi antara klaim total destruksi nuklir Iran dan temuan intelijen sejati.
Demokrat di Kongres bahkan mendesak klarifikasi strategi AS dan meminta otoritas Kongres menggunakan War Powers Resolution terkait kemungkinan aksi militer lanjutan.
(Fahmi Firdaus )