“Ini pertama kalinya kita menyelenggarakan Sekolah Rakyat, jadi bukan hanya siswa yang butuh orientasi, tapi guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, bahkan menterinya juga,” ujar Gus Ipul.
Ia juga mengajak semua pihak, termasuk media, untuk ikut mengawasi dan memberi masukan agar pelaksanaan program ini semakin baik. “Kami terbuka diawasi supaya program ini berjalan baik dan mampu meningkatkan kualitas SDM Indonesia ke depan,” tegasnya.
Dalam statemen tambahan, Mensos menegaskan program ini melibatkan banyak pihak. “Ada lembaga pemerintah daerah, ada juga pihak-pihak swasta yang mau membantu. Salah satunya Mas Ary Ginanjar yang memberikan perangkat talent mapping ini. Kita bisa tahu potensi guru, siswa, dan seluruh tenaga kependidikan. Guru penting mengetahui potensi siswanya, tapi kita juga perlu tahu potensi guru agar tidak terjadi bullying, kekerasan seksual, atau intoleransi di Sekolah Rakyat yang jadi harapan kita semua,” katanya.
Dengan alat dari Ary Ginanjar ini, guru bisa mengarahkan siswa sejak awal sesuai potensinya. “Kalau istilah Pak Nuh, kalau burung jangan disuruh berenang, kalau sapi jangan disuruh terbang. Ini sudah kita mulai hari ini. Hasil tes talent DNA dengan AI-nya ternyata sesuai yang mereka rasakan sendiri. Mudah-mudahan ini terus berlanjut,” tuturnya.