Dengan AI, potensi anak bisa terbaca dalam hitungan detik dan guru pun diarahkan agar tidak memaksakan metode belajar yang sama, sehingga risiko salah jurusan dan bullying akademik dapat dihindari.
“Bayangkan 300 ribu anak terbaca hanya dalam 3 detik. Ini masif, presisi, cepat, dan menjadi bekal menuju generasi emas Indonesia 2045,” tegas Ary.
Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat M. Nuh pun menegaskan bahwa inti program ini adalah memuliakan kaum dhuafa, menjangkau yang tidak terjangkau, dan memungkinkan yang tidak mungkin. Ia berharap program ini dapat masuk dalam payung Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional agar keberlanjutannya terjamin lintas pemerintahan.
Dengan sinergi lintas kementerian, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan masyarakat yang siap membantu bahkan secara gratis, Sekolah Rakyat diharapkan menjadi jalan terang bagi anak-anak miskin untuk meraih cita-cita setinggi mungkin.
(Fetra Hariandja)