“Karena film adalah salah satu platform yang penting, karena di situ ada seni acting, tari, musik, teater, sastra, bahkan hingga kuliner dan fashion. Karena menurut saya, pemajuan kebudayaan bukan hanya dibangun dari satu dua pihak, tapi semua pihak, termasuk pesantren,” tutur Fadli.
Pada tahun ini, Kompetisi Kaligrafi Internasional IRCICA ke-13 dibagi menjadi sembilan kategori, yakni Jaly Thuluth, Thuluth, Naskh, Muhaqqaq, Jaly Taliq, Ta’liq, Jaly Diwani, Diwani dan Kufi. Kompetisi ini dimeriahkan oleh 640 karya kaligrafi yang telah didaftarkan 511 partisipan dari 38 negara. Pengumuman pemenang dilakukan secara langsung di markas besar IRCICA, Istanbul, Turki pada 27 Mei 2025 lalu.
Adapun 10 peserta dari Indonesia berhasil meraih penghargaan dalam sejumlah kategori. Untuk kategori Jaly Diwani, juara pertama dimenangkan oleh Nafang Utama, juara ketiga oleh Mufid Fauzan, dan juara harapan berhasil diraih oleh Achmad Jalaludin dan Muhammad Hilal.
Penghargaan untuk kategori Diwani dimenangkan oleh Bukhori Ibnu Athoillah juara ketiga, dan juara harapan yang dimenangkan oleh Rahadhyan Wisena Yusuf dan Yusuf Elang Samudera. Sementara, untuk kategori Jaly Thuluth diberikan kepada Huda Purnawadi dan Fadil Pujiarsa sebagai juara harapan, serta kategori Kufi oleh Mumsika yang meraih juara harapan.
Sebagai bentuk apresiasi, karya pemenang ditampilkan pada pameran Perpustakaan IRCICA dari 27 Mei hingga 4 Juni 2025 lalu.