Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Perang Kata di X, Trump Kirim 2 Kapal Selam Nuklir ke Rusia

Rahman Asmardika , Jurnalis-Sabtu, 02 Agustus 2025 |11:11 WIB
Perang Kata di X, Trump Kirim 2 Kapal Selam Nuklir ke Rusia
Ilustrasi.
A
A
A

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat, (1/8/2025), mengatakan bahwa ia telah memerintahkan penempatan dua kapal selam nuklir di "wilayah yang tepat" sebagai tanggapan atas pernyataan mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, tentang risiko perang antara kedua negara bersenjata nuklir tersebut.

Para analis keamanan menyebut langkah Trump sebagai eskalasi retorika dengan Moskow, tetapi belum tentu eskalasi militer, mengingat Amerika Serikat memang sudah memiliki kapal selam bertenaga nuklir yang dikerahkan dan mampu menyerang Rusia.

Medvedev pada Kamis, (31/7/2025), menyatakan di X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter, bahwa Trump harus ingat bahwa Rusia memiliki kemampuan serangan nuklir era Soviet sebagai pilihan terakhir, setelah Trump menyuruh Medvedev untuk "berhati-hati dalam berbicara".

"Berdasarkan pernyataan yang sangat provokatif dari mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev ... saya telah memerintahkan dua kapal selam nuklir untuk ditempatkan di wilayah yang tepat, untuk berjaga-jaga jika pernyataan bodoh dan provokatif ini lebih dari sekadar itu," kata Trump dalam unggahan media sosialnya pada Jumat, (1/8/2025).

Ia menambahkan, "Kata-kata sangat penting, dan sering kali dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Saya harap ini tidak termasuk dalam contoh tersebut."

Ketika kemudian ditanya oleh wartawan mengapa ia memerintahkan pemindahan kapal selam, Trump berkata, "Sebuah ancaman dilontarkan oleh mantan presiden Rusia, dan kami akan melindungi rakyat kami."

Angkatan Laut AS dan Pentagon menolak berkomentar mengenai pernyataan Trump atau apakah kapal selam telah dipindahkan. Sangat jarang bagi militer AS membahas pengerahan dan lokasi kapal selam AS mengingat misi sensitif mereka dalam pencegahan nuklir.

 

Komentar Trump muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Moskow, karena Trump semakin frustrasi dengan sikap Presiden Vladimir Putin dalam menegosiasikan akhir invasinya ke Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

Ia tidak merinci apa yang dimaksud dengan "kapal selam nuklir". Kapal selam militer AS memang bertenaga nuklir dan dapat dipersenjatai dengan rudal berhulu ledak nuklir, meski tidak semuanya.

Hans Kristensen dari Federasi Ilmuwan Amerika mencatat bahwa kapal selam nuklir AS – bagian dari apa yang disebut triad nuklir yang terdiri dari pesawat pengebom dan rudal berbasis darat – selalu diposisikan untuk meluncurkan rudal berhulu ledak nuklir ke sasaran di Rusia.

"Kapal selam selalu ada di sana setiap saat dan tidak perlu dipindahkan ke posisinya," ujarnya, sebagaimana dilansir Reuters.

Amerika Serikat memiliki total 14 kapal selam bertenaga nuklir Kelas Ohio, yang masing-masing mampu membawa hingga 24 rudal balistik Trident II D5 yang dapat meluncurkan beberapa hulu ledak termonuklir hingga 4.600 mil.

Menurut kelompok pengendali senjata Nuclear Threat Initiative, antara 8 dan 10 kapal selam Kelas Ohio dikerahkan pada satu waktu.

Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, adalah salah satu tokoh garis keras Rusia yang kerap menyuarakan retorika anti-Barat Kremlin. Para kritikus Kremlin mencemoohnya sebagai orang yang tidak bertanggung jawab dan suka melepaskan tembakan, meskipun beberapa diplomat Barat mengatakan pernyataannya menggambarkan pemikiran di kalangan pembuat kebijakan senior Kremlin.

 

Trump dan Medvedev saling mengejek dalam beberapa hari terakhir, setelah Trump pada Selasa, (29/7/2025), mengatakan Rusia memiliki "10 hari dari hari ini" untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina atau akan dikenakan tarif.

Moskow, yang telah menetapkan persyaratannya sendiri untuk perdamaian di Ukraina, belum memberikan indikasi bahwa mereka akan mematuhi tenggat waktu 10 hari yang ditetapkan Trump, yaitu 8 Agustus.

Putin mengatakan pada Jumat bahwa Moskow mengharapkan lebih banyak perundingan damai, tetapi momentum perang justru menguntungkannya. Ia tidak menyinggung tenggat waktu tersebut.

Trump, yang sebelumnya menggembar-gemborkan hubungan baik dengan Putin, telah mengungkapkan rasa frustrasinya yang semakin meningkat terhadap pemimpin Rusia tersebut, menuduhnya "omong kosong" dan menyebut serangan terbaru Rusia terhadap Ukraina sebagai hal yang menjijikkan.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement