"Bali bukan tempatnya perundingan diplomasi. Dan saya bukan kompromis,” kata Bagus Saputra sembari mengingat isi surat balasan Ngurah Rai kepada Belanda.
“Saya atas nama rakyat hanya menghendaki lenyapnya Belanda dari pulau Bali atau kami sanggup dan berjanji bertempur terus sampai cita-cita kami tercapai," sambungnya.
Menurut Bagus, jawaban nasionalisme itu membuat Belanda naik pitam. Ngurah Rai pun menjadi sasaran serangan, rumahnya dibakar, istri dan anaknya dipenjarakan hingga markas-markas besar di Bali juga dibom.
"Kita tidak lagi dapat bantuan dari Jawa, senjata kita sudah rusak, peluru sudah habis tidak ada lagi dipakai bertempur," tutur dia.
Di tengah ketidakpastian situasi itu, Bagus menceritakan Ngurah Rai sudah meminta pasukannya untuk kembali ke tempat masing-masing. Hanya saja, pasukan Belanda sudah mengusai hampir seluruh desa di Bali.