Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, bahkan menegaskan komitmennya agar penyelidikan kasus ini dilakukan secara terbuka. Lebih dari 80 saksi telah diperiksa, termasuk teman sekolah dan staf pengajar. Polisi juga memberikan dukungan psikologis kepada siswa yang mengalami trauma akibat insiden ini.
Dugaan kuat muncul bahwa Zara adalah korban perundungan, meskipun pihak sekolah awalnya membantah adanya bullying. Keluarga, khususnya ibunda Zara, mengajukan laporan ulang setelah menemukan memar di punggung Zara sebelum dimakamkan.
Atas permintaan keluarga, dilakukan ekshumasi (pembongkaran makam) untuk keperluan autopsi lanjutan, menandakan seriusnya investigasi kasus ini.
Kisah tragis Zara Qairina Mahathir telah mengubah wajah diskusi publik tentang bullying di Malaysia. Kasus ini menegaskan bahwa setiap individu, terutama remaja sekolah, berhak mendapatkan rasa aman di lingkungan pendidikan.
(Fetra Hariandja)