Fadli juga menyoroti pentingnya ekosistem budaya yang sehat dan berkelanjutan, serta penguatan industri kreatif berbasis budaya atau Cultural and Creative Industry (CCI), yang terbukti menjadi penyumbang signifikan bagi ekonomi nasional.
Contoh keberhasilan industri budaya Indonesia antara lain adalah perkembangan film nasional yang berhasil meraih lebih dari 81 juta penonton pada 2024. Namun, Fadli juga mengingatkan pentingnya menjaga keberlangsungan ekosistem bioskop di tengah persaingan dengan platform digital atau OTT.
Sementara itu, Direktur Sarana dan Prasarana Feri Arlius dalam laporannya mengatakan bahwa penyusunan rumusan strategi ini menjadi langkah penting Kementerian Kebudayaan untuk menghimpun gagasan dan ide dari kalangan akademisi dalam upaya pengembangan, pembinaan, dan pemberdayaan kebudayaan nasional ke depan.
“Kami berharap kolaborasi yang dirumuskan hari ini dapat menghasilkan arah kebijakan yang konkret dan aplikatif, demi memperkuat infrastruktur kebudayaan dan mendorong lahirnya SDM unggul di bidang seni dan budaya,” ujar Feri.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh sejumlah pejabat, di antaranya Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra; Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan; serta Staf Khusus Menteri Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono.
Hadir pula Direktur Sarana dan Prasarana, Feri Arlius; Direktur Film, Musik, dan Seni, Syaifullah Agam; Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsu Rijal; Para Rektor Institut Seni dan Budaya seluruh Indonesia, para Dekan Fakultas Budaya seluruh Indonesia, para akademisi, budayawan, dan pegiat seni.