DENPASAR - Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menyelenggarakan agenda Penyusunan Rumusan Strategi Pengembangan dan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Kebudayaan di Hotel Prama Sanur Beach Bali, Denpasar, Bali.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menekankan pentingnya peran sarana dan prasarana kebudayaan sebagai infrastruktur utama dalam pelestarian, pengembangan, sekaligus pemanfaatan kebudayaan nasional.
Gedung kesenian, museum, balai budaya, taman budaya, hingga arsip budaya bukan sekadar fasilitas fisik, melainkan ruang hidup bagi kebudayaan itu sendiri.
Fadli menegaskan bahwa arah kebijakan yang dirumuskan Kementerian Kebudayaan tidak hanya bertujuan memastikan ketersediaan infrastruktur, tetapi juga menjamin fungsinya agar optimal bagi masyarakat.
Lebih lanjut, dirinya menyoroti peran penting perguruan tinggi seni budaya. Kampus, menurutnya, adalah laboratorium kebudayaan Indonesia, tempat berbagai nilai, ide, gagasan, serta eksperimentasi di bidang seni dan budaya diuji dan dikembangkan.
Sejarah mencatat, kampus-kampus seni budaya di berbagai belahan dunia turut menjadi motor penggerak perubahan besar. Gerakan Beat Generation di Amerika Serikat lahir dari Columbia University, sementara Kala Bhavana yang dipelopori Rabindranath Tagore di India menjadi fondasi seni modern sekaligus simbol perlawanan terhadap kolonialisme.
Fadli menekankan pentingnya sinergi antara Kementerian Kebudayaan dan institusi pendidikan tinggi dalam memajukan kebudayaan Indonesia. Dirinya menyatakan bahwa perguruan tinggi memiliki peran vital dalam institusionalisasi nilai-nilai budaya, baik warisan budaya takbenda maupun benda.
“Di sinilah akan lahir para ahli yang menjadi pionir pemajuan kebudayaan. Kita memiliki mandat konstitusi, khususnya Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara wajib memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia,” ujarnya.
Sejak berdirinya Kementerian Kebudayaan pada Oktober 2024, lembaga ini telah menghadapi berbagai tantangan besar dalam waktu yang singkat.
Namun, Fadli menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor adalah kunci keberhasilan, termasuk dengan pemerintah daerah, komunitas budaya, dan tentu saja, kampus-kampus seni dan budaya di Indonesia.
Indonesia disebut memiliki potensi besar untuk menjadi super power di bidang kebudayaan. Dengan lebih dari 2.213 warisan budaya takbenda yang telah terdaftar dan ribuan lainnya yang belum tercatat, Indonesia dinilai memiliki kekayaan budaya yang tak tertandingi di dunia.
“Dari tarian, musik, seni pertunjukan, permainan tradisional, manuskrip, bahasa, sastra, hingga kuliner, Indonesia memiliki kekuatan budaya yang luar biasa. Tantangan kita adalah bagaimana mengelola dan memanfaatkannya agar memberi manfaat besar bagi bangsa dan dunia,” tuturnya.
Fadli juga menyoroti pentingnya ekosistem budaya yang sehat dan berkelanjutan, serta penguatan industri kreatif berbasis budaya atau Cultural and Creative Industry (CCI), yang terbukti menjadi penyumbang signifikan bagi ekonomi nasional.
Contoh keberhasilan industri budaya Indonesia antara lain adalah perkembangan film nasional yang berhasil meraih lebih dari 81 juta penonton pada 2024. Namun, Fadli juga mengingatkan pentingnya menjaga keberlangsungan ekosistem bioskop di tengah persaingan dengan platform digital atau OTT.
Sementara itu, Direktur Sarana dan Prasarana Feri Arlius dalam laporannya mengatakan bahwa penyusunan rumusan strategi ini menjadi langkah penting Kementerian Kebudayaan untuk menghimpun gagasan dan ide dari kalangan akademisi dalam upaya pengembangan, pembinaan, dan pemberdayaan kebudayaan nasional ke depan.
“Kami berharap kolaborasi yang dirumuskan hari ini dapat menghasilkan arah kebijakan yang konkret dan aplikatif, demi memperkuat infrastruktur kebudayaan dan mendorong lahirnya SDM unggul di bidang seni dan budaya,” ujar Feri.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh sejumlah pejabat, di antaranya Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra; Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan; serta Staf Khusus Menteri Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono.
Hadir pula Direktur Sarana dan Prasarana, Feri Arlius; Direktur Film, Musik, dan Seni, Syaifullah Agam; Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsu Rijal; Para Rektor Institut Seni dan Budaya seluruh Indonesia, para Dekan Fakultas Budaya seluruh Indonesia, para akademisi, budayawan, dan pegiat seni.
Menteri Kebudayaan mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama memperkuat strategi pemajuan kebudayaan.
Beberapa poin penting yang menjadi arah pembahasan, antara lain revitalisasi fungsi kampus sebagai ruang publik budaya, penguatan sarana dan prasarana kebudayaan di perguruan tinggi seni dan fakultas budaya, peningkatan kerja sama lintas sektor dalam pemajuan kebudayaan, serta fasilitasi akses pendanaan dan kemitraan agar karya seni dan penelitian budaya dari kampus dapat menjangkau masyarakat lebih luas.
Mengakhiri sambutannya, Fadli menyerukan semangat kolaborasi nasional untuk memajukan budaya Indonesia ke tingkat dunia.
“Kementerian Kebudayaan adalah instrumen. Instrumen ini hanya akan bermanfaat apabila kita semua memanfaatkannya dengan baik. Saya yakin, dengan kerja sama dan sinergi semua pihak, kebudayaan Indonesia akan semakin maju, menjadi kebanggaan bangsa, sekaligus memberi kontribusi besar di tengah peradaban dunia,” ucapnya.
(Agustina Wulandari )