Menurut Haidar, pola narasi tersebut berbahaya karena membentuk persepsi bahwa Polri adalah institusi cacat. Padahal, yang sebenarnya terjadi hanyalah upaya sistematis untuk menggerus kepercayaan publik sekaligus menguji keteguhan negara.
“Bila negara selalu menuruti tuntutan itu setiap kali ada kasus, sama saja negara rela melelang kewibawaannya. Bagaimana mungkin bangsa besar ini dikendalikan oleh riak-riak opini yang dipicu kejadian individu?” tegasnya.
Ia menegaskan, negara tidak boleh terjebak dalam siklus kelemahan di mana setiap persoalan kecil dijawab dengan wacana besar yang justru mempreteli institusi penopang keamanan nasional.
“Sudah saatnya kita bertanya pada hati nurani: apakah kita akan maju dengan memperkuat apa yang sudah benar, atau justru mundur dengan mengulangi kesalahan yang sama?” pungkasnya.
(Awaludin)