“Kami ingin beralih ke sistem di mana orang-orang tidak lagi dilecehkan,” kata salah satu demonstran.
Menurut perkiraan pemerintah kota, protes Minggu pagi di Taman Luneta menarik hampir 50.000 orang. Kemarahan publik memuncak atas apa yang disebut sebagai proyek infrastruktur hantu, terutama setelah Presiden Ferdinand Marcos Jr. menyinggung skandal ini dalam pidato kenegaraan bulan Juli.
Sebagai respons, Marcos membentuk komisi independen untuk menyelidiki anomali dalam mayoritas dari 9.855 proyek pengendalian banjir, yang bernilai lebih dari 545 miliar peso (sekitar USD9,5 miliar).
Kemarahan publik semakin memburuk setelah pasangan kaya, Sarah dan Pacifico Discaya, yang mengoperasikan beberapa perusahaan konstruksi, diketahui memenangkan sejumlah kontrak proyek banjir. Mereka menjadi sorotan karena memiliki puluhan mobil mewah dan SUV buatan Eropa dan AS.
Presiden Marcos menyatakan tidak menyalahkan masyarakat karena memprotes skandal tersebut, dan menyerukan agar demonstrasi tetap damai. Ia juga menyebut bahwa militer berada dalam “siaga merah” sebagai langkah pencegahan.
Menurut laporan di lapangan, protes dipimpin gereja-gereja Kristen dari berbagai denominasi, meski Gereja Katolik disebut "secara historis" memiliki peran kuat dalam menggerakkan rakyat Filipina.