Dikatakanya, temuan ini menunjukkan adanya pergeseran persepsi publik bahwa faktor korupsi dan kepentingan aktor-aktor yang merasa terganggu pemberantasan korupsi lebih dipercaya sebagai penyebab instabilitas, dibandingkan narasi soal keterlibatan kelompok tertentu.
“Hasil survei ini memberi pesan bahwa publik semakin kritis dalam membaca situasi politik. Mereka cenderung mengaitkan kerusuhan dengan kepentingan aktor yang ingin menghambat agenda pemberantasan korupsi, bukan dengan isu kelompok tertentu,” tutup Rico.
(Fahmi Firdaus )