“Saya pikir orang yang menderita seperti itu tidak akan mau menimpakannya pada orang lain. Korban genosida seharusnya tidak ingin nasib mereka menimpa orang lain,” ujarnya.
Namun, ia menyimpulkan bahwa dalam kasus Israel, prediksinya salah. Bangsa Israel tidak belajar apa pun dari pengalaman mereka.
“Mereka menginginkan hal yang sama seperti yang terjadi pada mereka. Israel ingin melakukannya pada orang-orang Arab,” katanya.
Menurut Mahathir, satu-satunya cara yang masuk akal untuk mengatasi konflik Israel dan Palestina adalah mengimplementasikan solusi dua negara. Solusi tersebut—yang baru-baru ini mendapat dukungan dari sejumlah negara besar seperti Australia, Belgia, Kanada, Prancis, dan Inggris, diperkirakan masih sangat jauh.
"Di masa hidup saya, tidak. Waktu yang terlalu singkat," tutup Mahathir dengan pesimis.
(Fetra Hariandja)