KENDARI – Kementerian Agama (Kemenag) menyebut, bahwa praktik Tepuk Sakinah adalah salah satu strategi yang dihadirkan Kemenag untuk memperkuat ketahanan keluarga di Indonesia. Diketahui, tepuk sakinah saat ini viral di media sosial.
Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Kementerian Agama, Ahmad Zayadi, menjelaskan, bahwa Tepuk Sakinah merupakan metode edukatif untuk memperkenalkan lima pilar keluarga sakinah dengan cara yang menyenangkan.
Kegiatan tersebut kata dia membantu peserta mengingat nilai-nilai keluarga sakinah secara lebih mudah.
“Melalui Tepuk Sakinah, pilar keluarga sakinah lebih mudah diingat dan suasana pembekalan menjadi lebih hidup,” ujar Zayadi Selasa (14/10/2025).
Zayadi menyebut, gerakan tepuk tangan yang menyertai kegiatan ini bukan sekadar hiburan. Menurutnya, pesan utama dari Tepuk Sakinah adalah agar pasangan mampu mencairkan suasana ketika terjadi ketegangan dalam rumah tangga.
“Ketika terjadi perbedaan atau pertengkaran, pasangan diharapkan dapat mengingat kembali esensi keluarga sakinah. Dengan begitu, hubungan dapat kembali harmonis,” pesannya.
Zayadi mengungkapkan, bahwa fondasi keluarga sakinah mencakup keadilan, keseimbangan, dan kesalingan. Prinsip tersebut menjadi dasar dalam membangun rumah tangga yang sehat dan penuh kasih sayang.
Karakteristik keluarga sakinah, katanya, antara lain dibangun atas perkawinan yang sah dan tercatat, dilandasi prinsip nondiskriminasi dan nonkekerasan, serta dirawat dengan semangat kasih sayang dan moderasi beragama.
“Dengan kegiatan seperti Tepuk Sakinah, kami berharap nilai-nilai keluarga sakinah dapat tersosialisasi lebih luas kepada masyarakat. Upaya ini juga menjadi bagian dari strategi Kementerian Agama untuk memperkuat ketahanan keluarga di Indonesia,” tutupnya.
Masyarakat yang menghadiri Stan pameran Ditjen Bimas Islam pada ajang Seleksi Tilawatil Qur’an dan Musabaqah Al-Hadits (STQH) Nasional XXVIII Tahun 2025 di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, mempraktikkan Tepuk Sakinah dengan penuh semangat.
Dengan format yel-yel dan gerakan tepuk tangan, para peserta diajak untuk menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini dinilai efektif untuk memperkuat kesadaran pentingnya keharmonisan keluarga.
(Fahmi Firdaus )