JAKARTA – Militer Amerika Serikat (AS) menewaskan dua tersangka penyelundup narkoba dalam serangan terhadap sebuah kapal di Samudra Pasifik Timur, kata Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth pada Rabu (22/10/2025). Serangan ini memperluas penggunaan militer oleh pemerintahan Trump dalam kampanye antinarkotika.
Serangan ini merupakan operasi militer AS pertama yang diketahui di Pasifik sejak Presiden Donald Trump memulai serangan militer baru terhadap perdagangan narkoba yang telah menyebabkan setidaknya tujuh serangan di Karibia dan secara dramatis meningkatkan ketegangan AS dengan Venezuela dan Kolombia.
"Kapal itu diketahui oleh intelijen kami terlibat dalam penyelundupan narkotika ilegal, sedang melintasi rute transit perdagangan narkotika yang diketahui, dan membawa narkotika," kata Hegseth tanpa memberikan bukti.
Ia mengunggah video berdurasi sekitar 30 detik di X, yang tampaknya memperlihatkan sebuah kapal berlayar di air sebelum meledak.
Serangan di Karibia telah menewaskan setidaknya 32 orang, tetapi pemerintahan Trump hanya memberikan sedikit detail, seperti berapa banyak dugaan narkoba yang dibawa oleh kapal-kapal yang menjadi target atau bukti spesifik yang dimilikinya untuk menunjukkan kapal tersebut membawa narkoba.
Trump, ketika ditanya tentang serangan itu oleh para wartawan di Ruang Oval, mengatakan pemerintahannya memiliki wewenang hukum untuk melaksanakannya dan yakin setiap serangan telah menyelamatkan nyawa warga Amerika.
Dia juga menegaskan kembali rencana menyerang target di darat di Venezuela, yang akan menjadi eskalasi. Ia mengatakan jika mengambil langkah ini, pemerintahannya kemungkinan akan memberi tahu Kongres AS.
"Kami mungkin akan kembali ke Kongres dan menjelaskan secara pasti apa yang kami lakukan ketika tiba di darat," kata Trump sebagaimana dilansir Reuters. "Kami tidak harus melakukan itu, tetapi saya pikir ... saya ingin melakukannya."
Para ahli hukum mempertanyakan mengapa militer AS yang melakukan serangan itu, alih-alih Penjaga Pantai, yang merupakan badan penegak hukum maritim utama AS, dan mengapa upaya lain untuk menghentikan pengiriman tidak dilakukan sebelum menggunakan serangan mematikan.
Serangan terbaru ini, yang pertama kali dilaporkan oleh CBS News, terjadi di tengah peningkatan kekuatan militer AS di Karibia yang mencakup kapal perusak berpeluru kendali, jet tempur F-35, kapal selam nuklir, dan sekitar 6.500 tentara.
Pada Agustus, Penjaga Pantai melancarkan operasi yang dikenal sebagai Operasi Viper untuk mencegat narkoba di Samudra Pasifik. Hingga 15 Oktober, Penjaga Pantai menyatakan telah menyita lebih dari 45.000 kilogram kokain.
Tidak jelas mengapa pemerintah melakukan serangan dalam kasus ini alih-alih mencegat kapal tersebut.
Pekan lalu, Reuters melaporkan bahwa dua tersangka pengedar narkoba selamat dari serangan militer AS di Karibia. Mereka diselamatkan dan dibawa ke kapal perang Angkatan Laut AS sebelum dipulangkan ke negara asal mereka, Kolombia dan Ekuador.
(Rahman Asmardika)