Modernisasi peralatan ini juga diimbangi dengan penguatan kapasitas SDM. Lebih dari 40 pelatihan telah dilaksanakan, melibatkan lebih dari 1.000 peserta lintas satuan kerja dan mitra daerah.
Dwikorita menyampaikan apresiasi kepada BNPB sebagai Executing Agency, Bank Dunia, serta seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang terlibat.
“Mari kita perkuat Early Warning for All dan Early Action by All — agar peringatan dini yang makin cepat dan akurat benar-benar dapat menyelamatkan nyawa,” tutup Dwikorita.
Sementara itu, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menegaskan bahwa proyek IDRIP lahir dari pelajaran bencana besar tahun 2018 (NTB, Palu–Donggala, dan Selat Sunda) untuk memperkuat sistem peralatan, SDM, dan kesiapsiagaan di wilayah berisiko gempa dan tsunami.
Suharyanto menambahkan, rantai hilir kini telah terstandar dan terlatih. Informasi dari BMKG mengalir ke Pusdalops pusat dan daerah, diteruskan ke desa tangguh, sirine diaktifkan, warga mengikuti rute evakuasi yang sudah diperkenalkan dalam latihan, sehingga perilaku berbahaya seperti berbondong ke pantai saat air surut tidak terjadi lagi.
“Bencananya tidak bisa dihentikan, tapi risikonya bisa dikurangi,” tegasnya.
(Awaludin)