JAKARTA – Ketua RW 06 Jati Padang, Abdul Kohar, meminta Gubernur Jakarta, Pramono Anung, turun langsung mengatasi persoalan banjir yang kerap terjadi di kawasan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pembangunan tanggul bukanlah solusi jangka panjang mengatasi banjir.
"Kami, masyarakat dan warga, harus benar-benar dicarikan solusi yang terbaik, dari pihak yang bertanggung jawab, terutama yang punya 'power' adalah DKI 1. Perbaikan tanggul untuk sementara, jangka pendek, jangka menengah, jangka panjangnya harus dicarikan solusi terbaik, normalisasi kali atau atau buat embung atau dibuat setu, dibebaskan 7,4 hektar semua selesai," ujarnya pada wartawan, Sabtu (1/11/2025).
Menurutnya, pembuatan tanggul bukanlah solusi jangka panjang mengatasi banjir yang kerap terjadi di wilayah Jati Padang tersebut. Pasalnya, saat tanggul dibuat, meski secara permanen pun, hanya akan kembali jebol ataupun roboh saat debit air tinggi di Kali Pulo.
"Dari tingkat RT/RW sampai kelurahan dan kecamatan tidak bisa memutuskan solusi terbaiknya, DKI 1 harus terjun, harus turun. Ini terus terang saja di RT 3 ini ada 400-500 KK kan, ini keadaannya sudah 3 hari masih kayak gini," tuturnya.
"Saat ini kedalaman air memang sudah agak surut, 30-50 cm, tinggal sebatas dengkul, tapi kalau ada air kiriman lagi karena tanggulnya belum diapa-apakan, ya sampai kapan pun, tenggelam ini di RT 03," jelas Abdul lagi.
Dia menerangkan, warga sejatinya ingin dan mau duduk bersama dengan pemerintah Jakarta membahas solusi jangka panjang penyelesaian persoalan banjir di Jati Padang. Namun, hanya Gubernur terdahulu saja yang terlihat peduli dengan warga Jati Padang.
"Kan waktu zaman Pak Anies Baswedan itu dibilang itu tanggul hanya sementara, padahal saat itu sudah ada solusinya antara pelebaran kali, normalisasi kali, lebar seperti zaman dahulu 20 meter atau dibuatkan embung, tapi karena terbentur pandemi Corona dan ada penggantian Pak Anies sehingga gubernur berikutnya tidak melanjutkan apa yang dikehendaki masyarakat dan warga," paparnya.
"Sampai kapan pun, kalau kita tidak buatkan embung atau tidak buatkan normalisasi kali, karena kan kali dari atas sampai bawah itu lama-lama kalau kata Pak Anies menghilang, makin kecil kan, debit air makin tinggi, otomatis ya selesailah apa adanya," bebernya lagi.
Dia mengungkap, meski pembangunan tanggul bukanlah solusi jangka panjang, tapi setidaknya Gubernur terdahulu peduli pada warganya dengan terjun langsung ke lokasi banjir. Salah satu solusi terbaik mengantisipasi banjir di wilayah tersebut dengan pelebaran kali.
"Kan saya 15 RT, (biasanya saat banjir) yang kena 10 RT itu RT 1, 9, 3, 4, 6, 12, 13, 14, 15, dan 8. Sekarang 8 RT sudah kering. Bantuan makanan pakaian sudah ada di pengungsian saat kejadian, dari Pemprov dan donatur, pengobatan juga, tapi sekarang pasca (banjir) enggak (ada lagi), yang batuk, gatal, diare sehingga itu sangat dibutuhkan," katanya.
(Fetra Hariandja)