"Di Solo, warisan PB XIII adalah kesederhanaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui gaya hidup sederhana," imbuhnya.
PB XIII naik takhta pada 10 September 2004, menggantikan ayahnya, Paku Buwono XII. Semasa hidupnya, PB XIII memiliki peran sentral di era modern keraton. Tak heran, banyak tantangan yang dihadapi hingga berhasil menyatukan kembali takhta setelah konflik dualisme kepemimpinan. Ia juga dikenal sebagai Raja yang berkomitmen menjaga kelestarian adat Jawa gaya Surakarta.
Bahkan, dalam hal pendidikan antikorupsi yang holistik, kata Henry yang berlatar belakang hukum, PB XIII selalu memprioritaskan dialog antar-generasi sebagai antidoktrin korupsi. Ia mengintegrasikan pengetahuan kognitif, sikap afektif dari cerita leluhur, dan praktik psikomotorik melalui kegiatan seperti Pekan Budaya Solo.
"Contohnya, pada 2010-an, PB XIII mendukung workshop kolaboratif dengan universitas lokal bagi abdi dalem dan pemuda, di mana peserta belajar tentang undang-undang sekaligus meditasi Jawa untuk ketahanan mental dan meningkatkan kesadaran etis remaja hingga 25% berdasarkan survei," katanya.
(Arief Setyadi )