JAKARTA – Endemi polio di Pakistan selangkah lagi berakhir. Jumlah kasus polio di negara tersebut terus menurun.
Meski Pakistan sangat dekat dengan pencapaian penting dalam sejarah kesehatan global, tapi masih menghadapi risiko kemunduran.
Lebih dari 200 negara dan wilayah telah berhasil menanggulangi polio. Bagi banyak orang, penyakit yang dahulu menimbulkan kepanikan karena menyebabkan kelumpuhan kini hanya menjadi kenangan. Namun, Pakistan tetap menjadi salah satu dari dua negara terakhir di dunia di mana virus ini masih ditemukan di saluran pembuangan dan masih dapat menyerang anak-anak. Kondisi ini bukanlah alasan untuk berbangga maupun berpuas diri.
Dilansir Islam Khabar, Jumat (14/11/2025), data terbaru menunjukkan secercah harapan. Hingga akhir Oktober 2025, Pakistan melaporkan 30 kasus polio, menurun dari 74 kasus tahun sebelumnya. Sekilas, tren ini menggambarkan kemajuan menuju eliminasi, namun upaya pemberantasan polio tidak pernah sepenuhnya stabil. Virus tersebut kerap muncul kembali setelah kemajuan dicapai.
Virus yang mudah menyebar ini memanfaatkan setiap celah dalam sistem kesehatan, terutama di wilayah dengan tingkat kepercayaan masyarakat rendah atau situasi keamanan yang tidak stabil. Kerentanan semacam ini tetap menjadi tantangan besar di Pakistan.
Kasus terbaru terdeteksi di Torghar, Khyber Pakhtunkhwa—provinsi yang mencatat 19 dari total kasus tahun ini. Sindh melaporkan sembilan kasus, sementara Punjab dan Gilgit-Baltistan masing-masing satu. Data ini menunjukkan bahwa tidak ada wilayah yang benar-benar bebas dari risiko. Selain kasus yang terkonfirmasi, temuan virus pada 44 dari 127 sampel limbah pada September lalu menunjukkan adanya sirkulasi diam-diam di masyarakat dengan tingkat kekebalan rendah.
Pemerintah Pakistan telah melancarkan kampanye vaksinasi berskala besar. Dalam satu pekan, lebih dari 45 juta anak menjadi sasaran imunisasi, mencerminkan keseriusan dan urgensi upaya yang dilakukan. Namun, cakupan vaksinasi yang tidak merata masih menjadi hambatan utama.
Bencana banjir dalam beberapa tahun terakhir mengakibatkan jutaan warga mengungsi dan merusak infrastruktur di pedesaan Punjab dan Sindh. Daerah-daerah yang masih berjuang pulih dari dampak bencana kini berada dalam posisi lebih rentan terhadap penyakit. Polio membutuhkan cakupan imunisasi hampir sempurna; sedikit saja celah dapat membuat virus kembali bertahan.
Keraguan terhadap vaksin juga menjadi tantangan lain. Misinformasi, ketidakpercayaan pada lembaga pemerintah, serta narasi konspirasi terus berkembang dan mempengaruhi sebagian masyarakat. Akibatnya, beberapa orang tua masih menolak vaksinasi bagi anak-anak mereka, meskipun vaksin tersebut terbukti aman dan menyelamatkan nyawa.
Aspek keamanan turut memperumit pelaksanaan kampanye vaksinasi. Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah petugas keamanan tewas saat melindungi tim vaksinasi di Swat, Nowshera, dan Balochistan. Insiden semacam ini menegaskan bahwa perjuangan memberantas polio di Pakistan tidak hanya bersifat medis, tetapi juga sosial dan keamanan.
Pemerintah telah menambah pengamanan bagi para pekerja lapangan. Meski langkah ini penting, penggunaan pengawalan bersenjata juga dapat memperkuat persepsi negatif di sebagian masyarakat dan memperdalam ketidakpercayaan terhadap program vaksinasi. Kondisi ini mencerminkan tantangan tata kelola publik yang lebih luas, di mana lemahnya kepercayaan dan stabilitas menjadi celah bagi penyakit untuk tetap bertahan.
Polio, meski kasusnya menurun, tetap membawa dampak berat. Satu kasus saja berarti satu kehidupan anak yang berubah selamanya, karena kelumpuhan yang ditimbulkan bersifat permanen. Setiap anak yang terinfeksi menjadi pengingat bahwa upaya pemberantasan belum selesai.
Secara global, keberhasilan mengakhiri polio diharapkan menjadi simbol pencapaian bersama umat manusia. Namun, Afghanistan dan Pakistan masih menjadi dua negara terakhir di mana virus ini terus ditemukan. Kedua negara menghadapi tekanan besar untuk mencapai pemberantasan total, sementara setiap tahun yang berlalu tanpa kemajuan menambah tantangan baru.
Hari Polio Sedunia seharusnya menjadi momen refleksi dan penghargaan atas usaha panjang melawan penyakit ini. Namun bagi Pakistan, peringatan tersebut justru menyoroti betapa rapuhnya setiap kemajuan yang telah dicapai. Meski negara ini terbiasa menghadapi berbagai krisis, polio memerlukan perhatian yang konsisten karena sedikit kelalaian dapat menghapus hasil kerja keras bertahun-tahun.
Anak-anak yang lahir hari ini layak hidup tanpa ancaman polio—berlari, bermain, dan tumbuh tanpa ketakutan akan virus yang mestinya sudah menjadi bagian sejarah. Setiap kasus baru mencerminkan masa depan yang terancam dan tanggung jawab yang belum dituntaskan.
Saat peringatan Hari Polio Sedunia berlalu, Pakistan berada di titik penentu: menuju garis akhir pemberantasan atau kembali menghadapi risiko yang sebenarnya dapat dicegah. Virus ini belum hilang sepenuhnya, dan setiap hari tanpa keberhasilan total memberi peluang bagi penyebaran baru. Dunia belum melupakan polio—dan Pakistan pun belum bisa melupakannya.
(Erha Aprili Ramadhoni)