Kemudian pada Kamis, (13/11/2025) Kementerian Luar Negeri China mengunggah postingan dalam bahasa Jepang dan Inggris di akun X-nya, memperingatkan Jepang untuk "berhenti bermain api" dan menambahkan bahwa akan menjadi "tindakan agresi" jika Jepang "berani ikut campur dalam situasi lintas Selat".
Wakil Menteri Luar Negeri China, Sun Weidong, juga memanggil duta besar Jepang untuk China pada hari yang sama untuk menyampaikan ketidaksenangan mereka.
Selama beberapa dekade, ambiguitas ini membuat China terus menebak-nebak—suatu bentuk pencegahan—sementara masih memberi ruang bagi hubungan ekonomi untuk berkembang.
Sikap resmi pemerintah Jepang adalah berharap masalah Taiwan dapat diselesaikan secara damai melalui dialog—dan para pejabat Jepang biasanya menghindari penyebutan Taiwan dalam diskusi publik tentang keamanan.
Dalam beberapa kesempatan, mereka selalu mendapat teguran keras dari Beijing.
Pada 2021, ketika Wakil Perdana Menteri Taro Aso saat itu mengatakan bahwa Jepang perlu membela Taiwan bersama Amerika Serikat (AS) jika terjadi invasi, Beijing mengecam pernyataannya dan meminta Jepang untuk "memperbaiki kesalahannya".