JAKARTA - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengungkapkan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta melaporkan pemicu cuaca ekstrem di Sumatera Utara (Sumut) pada 25 November 2025 disebabkan siklon tropis. Adalah Siklon Tropis KOTO yang berkembang di Laut Sulu dan Bibit Siklon 95B yang terpantau di Selat Malaka.
“Kedua sistem ini memengaruhi peningkatan curah hujan dan angin kencang di Sumatera bagian utara,” ujarnya, Rabu (26/11/2025).
Muhari mengatakan, Bibit Siklon 95B memengaruhi pembentukan awan konvektif yang meluas di atas Aceh-Sumut sehingga menyebabkan meningkatnya curah hujan ekstrem dalam beberapa hari terakhir. Sementara itu, Siklon Tropis KOTO melalui pola belokan angin dan penarikan massa udara basah (inflow) ke pusat siklon meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah barat Indonesia, termasuk Sumut, sehingga memperkuat hujan lebat di wilayah terkait.
“BMKG merilis potensi dampak langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi cuaca ekstrem dan perairan di wilayah Indonesia dalam 24 jam ke depan pada periode 25 November 2025, pukul 19.00 WIB hingga 26 November 2025 pukul 19.00 WIB,” katanya.
Bibit Siklon 95B berpotensi memicu hujan sedang hingga lebat di Aceh, Sumut, Sumatera Barat (Sumbar), dan Riau, disertai angin kencang di Aceh dan Sumut.
Muhari menambahkan, kondisi ini juga berdampak pada gelombang tinggi 1,25–2,5 meter di Selat Malaka bagian utara dan sejumlah perairan di Riau, serta gelombang 2,5–4,0 meter di Selat Malaka bagian tengah, perairan timur Sumut, dan Samudra Hindia barat Aceh hingga Nias.
Sementara itu, Siklon Tropis KOTO berpotensi menyebabkan hujan sedang hingga lebat di Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau, serta gelombang tinggi 1,25–2,5 meter di perairan Sangihe–Talaud, Laut Sulawesi, Laut Maluku, perairan Halmahera, Papua Barat Daya hingga Papua, dan Samudra Pasifik utara Maluku–Papua.
Kesiapsiagaan
BNPB terus memonitor perkembangan situasi di wilayah Tapanuli Raya serta berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk percepatan penanganan darurat. “BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih dapat berlangsung dalam beberapa hari ke depan,” ujarnya.
Masyarakat juga diimbau untuk memantau informasi prakiraan cuaca secara berkala dan mengikuti instruksi resmi dari petugas di lapangan. Bagi warga yang tinggal di sekitar lereng perbukitan, bantaran sungai, dan wilayah rawan longsor dapat melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman apabila hujan lebat mengguyur wilayah tempat tinggal lebih dari satu jam.
(Arief Setyadi )