Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pelaku Penembakan 2 Garda Nasional AS Ternyata Eks Agen CIA di Afghanistan

Arief Setyadi , Jurnalis-Jum'at, 28 November 2025 |07:22 WIB
Pelaku Penembakan 2 Garda Nasional AS Ternyata Eks Agen CIA di Afghanistan
Pelaku penembakan 2 Garda Nasional AS ternyata eks agen CIA (Foto: Reuters)
A
A
A

WASHINGTON — Pria Afghanistan yang menembak dua anggota Garda Nasional (National Guard) Amerika Serikat (AS) di pusat kota Washington DC dikabarkan pernah bekerja bersama dengan CIA (Badan Intelijen Pusat AS) di Afghanistan.

Tersangka yang diidentifikasi sebagai Rahmanullah Lakanwal (29), menempuh perjalanan ribuan mil dari pantai barat AS untuk melancarkan serangan "gaya penyergapan" terhadap dua anggota Garda Nasional dari West Virginia pada Rabu 26 November 2025 sore, kata pihak berwenang, melansir BBC.

Lakanwal menembak Sarah Beckstrom (20) dan Andrew Wolfe (24) dari jarak dekat, hanya beberapa blok dari Gedung Putih. Keduanya masih dalam kondisi kritis di rumah sakit, kata para pejabat. Lakanwal sebelumnya tiba di AS pada 2021 melalui program yang menawarkan perlindungan imigrasi khusus kepada warga Afghanistan setelah penarikan AS dari negara tersebut.

Latar Belakang Tersangka dan Keterkaitan dengan Pasukan AS

Seorang mantan komandan militer yang pernah bertugas bersamanya mengatakan bahwa Lakanwal pernah membantu menjaga pasukan AS di bandara Kabul saat ribuan orang bergegas melarikan diri sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan. Lakanwal, ayah lima anak, direkrut ke Unit 03 Pasukan Serbu Kandahar sembilan tahun sebelumnya.

Unitnya dikenal secara lokal sebagai Pasukan Kalajengking (Scorpion Forces), yang awalnya beroperasi di bawah CIA, namun kemudian berada di bawah departemen intelijen Afghanistan, Direktorat Keamanan Nasional (NDS). Mantan komandan tersebut menggambarkan Lakanwal sebagai "karakter yang atletis dan periang," dan menambahkan bahwa ia adalah seorang spesialis pelacak GPS. 

Lima hari sebelum Taliban memasuki ibu kota, seluruh unit Lakanwal dipindahkan dari Kandahar ke Kabul. Mereka terus melindungi bandara selama enam hari lagi, sebelum akhirnya diangkut ke AS.

Dalam konferensi pers pada Kamis 27 November 2025, Direktur FBI Kash Patel mengonfirmasi hubungan Lakanwal dengan pasukan AS, dengan mengatakan bahwa tersangka "memiliki hubungan di Afghanistan dengan pasukan mitra" sebelum pindah ke AS.

Masuk ke AS Melalui Program Khusus

Setelah penarikan AS dari Afghanistan pada 2021, pemerintahan Biden—dengan dukungan bipartisan—menciptakan program yang disebut Operasi Menyambut Sekutu (Operation Allies Welcome), yang memungkinkan sekitar 77.000 warga Afghanistan memasuki AS di bawah perlindungan imigrasi khusus.

Lakanwal termasuk di antara mereka yang masuk melalui program ini dan diberikan parole atas dasar kemanusiaan pada 2021, lapor CBS, mitra berita BBC di AS. Mekanisme inilah yang digunakan pemerintahan Biden untuk membawa warga Afghanistan ke AS.

Lakanwal kemudian mengajukan suaka pada 2024. Suakanya dikabulkan awal tahun ini setelah Donald Trump menjabat, menurut laporan CBS. Namun, permohonannya untuk mendapatkan kartu hijau (green card) yang terkait dengan pemberian suaka masih tertunda, kata seorang pejabat Keamanan Dalam Negeri kepada CBS.

Direktur CIA John Ratcliffe mengonfirmasi koneksi tersebut dalam pernyataannya kepada CBS: "Pemerintahan Biden membenarkan membawa terduga pelaku penembakan ke Amerika Serikat pada September 2021 karena pekerjaan sebelumnya dengan Pemerintah AS, termasuk CIA, sebagai anggota pasukan mitra di Kandahar, yang berakhir tak lama setelah evakuasi yang kacau."

Penembakan

Penembakan anggota Garda Nasional ini disebut sebagai aksi yang "ditargetkan," kata jaksa AS untuk District of Columbia, Jeanine Pirro. Lakanwal diketahui mengendarai mobilnya melintasi negara dari Bellingham di negara bagian Washington untuk melancarkan serangan ini.

Setelah penembakan, anggota Garda Nasional lainnya di lokasi kejadian menembak Lakanwal dan menahannya. Ia menghadapi ancaman hukuman lebih dari satu dekade penjara jika terbukti bersalah atas tiga dakwaan penyerangan dengan maksud membunuh saat bersenjata dan satu dakwaan kepemilikan senjata api selama kejahatan kekerasan. Ia masih dirawat di rumah sakit karena luka-lukanya.

Menyusul insiden yang dilabeli Donald Trump sebagai "tindakan teror" ini, presiden mengatakan akan mengambil langkah untuk mengeluarkan setiap warga negara asing "dari negara mana pun yang tidak seharusnya berada di sini."
Pada Rabu, AS menangguhkan semua permintaan imigrasi dari warga Afghanistan. Trump mengatakan bahwa AS "sekarang harus memeriksa kembali setiap warga negara asing yang telah memasuki negara kita dari Afghanistan di bawah Biden."

Kemudian, pada Kamis, Kepala Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS Joseph Edlow mengatakan presiden telah menginstruksikannya untuk melakukan "pemeriksaan kembali skala penuh dan ketat terhadap setiap Green Card untuk setiap warga negara asing dari setiap negara yang menjadi perhatian."

Selain meninjau upaya imigrasi, Trump juga mengatakan akan mengirim 500 anggota Garda Nasional lagi untuk berpatroli di jalan-jalan Washington. Lebih dari 2.000 pasukan telah menjaga ibu kota negara sejak Agustus, ketika presiden mulai mengerahkan pasukan ke kota-kota untuk mengatasi apa yang disebutnya kejahatan yang "di luar kendali."

Garda Nasional adalah pasukan cadangan yang dapat diaktifkan untuk bertugas sebagai pasukan militer, tetapi memiliki kekuatan terbatas karena mereka tidak dapat menegakkan hukum atau melakukan penangkapan.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement