JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginstruksikan agar proses pembelian 15 pesawat jenis MA-60 dari China diungkap ke publik. Hal ini menyusul jatuhnya pesawat Merpati MA-60 di Papua yang menewaskan 25 orang.
“Ini penting, supaya rakyat mendapat penjelasan yang gamblang. Jelaskan dengan gamblang, jangan saling menuding, saling menyalahkan, karena semua bisa dijelaskan dengan tepat dan benar,” ujar SBY sebelum memulai Sidang Kabinet di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (12/5/2011).
Menurut Presiden, pihak yang paling tepat memberi penjelasan adalah Direktur Utama Merpati Sardjono Johny Tjitrokusumo, mantan Direktur Utama Merpati Hotasi Nababan, dan Menteri BUMN Mustafa Abu Bakar.
“Termasuk menteri BUMN pada saat pesawat ini diadakan dulu dan juga Menteri Perhubungan yang berkaitan dengan regulasi dan perizinan pesawat ini.,” ungkapnya.
Lebih lanjut SBY menjelaskan bahwa para menteri di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid pertama telah mengetahui proses pengadaan pesawat MA-60 tersebut.
"Kalau yang masuk KIB I mengerti persoalan pengadaan pesawat Merpati ini. Tapi bagi saudara yang tak masuk dalam Kabinet Indonesia ke I perlu mendengarkan langsung dari menteri terkait perihal pengadaan pesawat buatan RRT," kata SBY
Di penghujung kalimatnya, Presiden juga meminta laporan dan penjelasan terjadinya musibah jatuhnya pesawat Merpati MA-60 di Kaimana, Papua, pada Sabtu 7 Mei lalu. “Antara lain menyangkut proses dan hasil investigasi yang telah dilakukan hingga akhir ini," tutupnya.
(Muhammad Saifullah )