JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW), meyakini jika peluru yang menyebabkan tewasnya Prada Firman, anggota Kostrad Brigif 221 Gorontalo beberapa waktu lalu, berasal dari peluru tajam, bukan dari peluru karet.
Sebelumnya, peluru tajam berkaliber 5,56 ditemukan bersarang di dada Prada Firman, peluru itu diduga berasal dari senapan laras panjang.
“Polri harus mengungkap motif penembakan tersebut. Karena sangat mustahil Prada Firman tewas dengan peluru karet, kami yakin itu peluru tajam,” kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane kepada Okezone, Kamis (26/4/2012) malam.
Menurut Neta, peluru karet digunakan untuk mengamankan aksi massa yang bersifat anarkis dan tidak mungkin dipergunakan sehari-hari.
“Ini kan pada saat patroli, peluru karet jika digunakan untuk pengamanan massa,” imbuhnya.
Dijelaskannya, solusi yang terbaik saat ini adalah agar para kedua pimpinan TNI dan Polri dapat turun bersama dan melakukan kordinasi yang baik agar jangan terulang kembali konflik selanjutnya dikemudian hari.
“Pangkostrad kan sudah turun disana, solusinya harus lebih mengintensifkan pertemuan kedua pimpinan disana,” pungkasnya.
Sebelumnya, Korps TNI Angkatan Darat membantah jika anggota Yonif 221 Limboto, Gorontalo, Prada Firman meninggal akibat bentrok. Namun, Firman meninggal setelah ditembak oknum anggota Brimob.
"Kalau bentrok, kan ada perlawanan. Peristiwa yang terjadi kemarin, anggota TNI AD pasif dengan mengenakan pakaian preman yang sedang merayakan ulang tahun dan tidak melakukan perlawanan sama sekali," kata Kadispenad, Brigjen TNI Pandji Suko Hari Judho, Kamis (26/4/2012).
(Susi Fatimah)