Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

"Kasus Luthfi Hasan Runtuhkan Barisan PKS"

Marieska Harya Virdhani , Jurnalis-Kamis, 31 Januari 2013 |18:16 WIB
Luthfi Hasan dan Sekjen PKS, Anis Matta saat mengambil nomor urut parpol peserta pemilu (foto: Dede)
A
A
A

DEPOK - Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI), Cecep Hidayat menilai kasus dugaan suap yang menimpa mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq menjadi klimaks dari rangkaian keterlibatan politikus dalam kasus korupsi.

Cecep menilai, meski Luthfi Hasan orang tertinggi nomor dua di PKS setelah Ketua Dewan Syuro, namun kasus tersebut sudah cukup merobohkan tembok kokoh barisan PKS.

"Ada perspektif LHI ini menjadi klimaks, di mana partai menengah ke partai besar bisa kena kasus korupsi. PKS yang selama ini menjunjung tinggi partai bersih, ternyata karena kasus ini bisa memporak-porandakan bangunan PKS yang kokoh," katanya kepada Okezone, Kamis (31/01/2013).

Apalgi, kata Cecep, kasus ini terjadi jelang pemilu 2014. Namun, lanjutnya, KPK harus mampu membuktikan dan menjelaskan kepada publik, mengapa proses penangkapan LHI begitu cepat. Tak seperti kasus korupsi yang melibatkan pejabat lainnya seperti Angelina Sondakh dan Miranda Gultom.

"Kasus LHI kan dia tidak tertangkap tangan tapi langsung bisa jadi tersangka dan dijemput, tak seperti Miranda Gultom misalnya. KPK harus bisa menjelaskan ini, KPK jangan jadi alat politik, ini pesanan atau bukan dan jangan tebang pilih," tegasnya.

Cecep menambahkan, jangan sampai kasus PKS juga menjadi pengalihan isu penting lainnya. Dia menduga, banyak kader PKS yang seolah mengorbankan LHI seorang diri.

"Ini bisa meruntuhkan PKS. Karena itu, apalagi mau Pemilukada Jawa Barat, saya dengar Ahmad Heryawan bilang ini menjadi urusan LHI  pribadi. Seolah PKS menjauh, jangan sampai LHI dikorbankan sendiri," tukasnya.

(Tri Kurniawan)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement