JAKARTA - Hampir sepekan terakhir, Kota Bekasi menjadi trending topic di media sosial. Kota Bekasi jadi pembicaraan di dunia maya karena beragam permasalahannya.
Pengamat Tata Kota, Yayat Supriyatna menilai, joke atau kata-kata plesetan tentang Bekasi merupakan kritik sosial yang disampaikan masyarakat akibat tata kota Bekasi yang semakin tak nyaman.
"Ini kan persoalannya adalah ketika pengelola kotanya jalan sendiri, kurang membuka ruang diskusi dan ruang dialog dengan masyarakat," kata Yayat kepada Okezone, Selasa (14/10/2014).
Menurut Yayat, warga Bekasi sedang menuntut ada perbaikan tata kota. "Dan mereka pasti menuntut kota tersebut juga semakin membuat kehidupan mereka lebih baik dan nyaman," jelasnya.
Pembangunan di Bekasi, lanjut Yayat, berkembang sangat pesat namun tidak terkontrol hingga terasa sesak. Padahal, Bekasi merupakan pintu masuk dan keluar lalulintas dari daerah lain.
"Jadi ibaratnya Bekasi tidak membentuk karakter sendiri," tegasnya.
Yayat menyontohkan, setiap hari ada 1,2 juta kendaraan bermotor yang melintasi Bekasi. Hal itu tidak berbanding lurus dengan ketersedian jalan. Alhasil, kemacetan kerap mewarnai arus lalu lintas di Bekasi.
"Kemudian Bekasi setiap satu hektare penduduknya hampir 2,6 juta. Kepadatan per kilo meternya di setiap satu kecamatan sampai 17 ribu. Itu menunjukkan sudah semakin sesaknya Bekasi," imbuhnya.
Jika sebuah kota semakin sesak, otomatis ruang terbukanya semakin berkurang dan berdampak pada kualitas udara. Menurut Yayat, udara di Bekasi makin panas, polusi juga terus meningkat.
"Ketika Bekasi makin panas, ada tuntutan dari masyarakat agar Bekasi menjadi lebih baik," pungkasnya.
(Tri Kurniawan)