JAKARTA - Pengamat kepolisian dan praktisi hukum pidana, Ferdinand Montororing mengatakan, berdasarkan informasi intelijen yang diterimanya, bom bunuh diri di Mapolresta Solo pada Selasa 5 Juli 2016, awalnya diproyeksikan untuk menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di kota asalnya itu.
Namun, karena rencana tersebut sudah tercium Densus 88 Antiteror, maka pelaku mempercepatan eksekusinya. Bom itu pun meledak dua hari sebelum Jokowi bertandang ke Solo untuk berlebaran.
"Sama dengan (bom bunuh diri) yang terjadi di Thamrin (Jakarta)," kata Ferdinand dalam diskusi di Graha Satu Pembaruan, Jalan Manggarai Utara, Jakarta Selatan, Sabtu (9/7/2016).
Terkait kondisi terorisme di Indonesia, ia menyoroti mengapa di antara negara-negara ASEAN, Indonesia paling sering dijadikan target teror. "Kecuali Thailand, karena Thailand ada pergerakan politik yang menyangkut kelompok etnis," imbuh Ferdinand.
(Baca juga: Bom di Mapolresta Solo, Kepala BIN: ISIS Telah Ubah Strateginya)