JAKARTA - Kekeramatan makam di kawasan terminal peti kemas Koja sesuai hasil penelitian ahli sejarah banyak data yang tidak akurat. Sejumlah ahli sejarah banyak menemukan kesimpangsiuran infomasi di masyarakat terkait sosok Habib Hasan Al Haddad yang dikenal sebagai Mbah Priok.
Sejarawan UI, JJ Rijal, menjelaskan habib yang dikenal semasa hidup sebagai sosok yang taat ini lahir pada 1727 dan meninggal pada 1756. "Tapi kenyataannya dia lahir pada 1874 dan meninggal 1927," ungkapnya, Kamis (28/4/2011).
Sejarawan pun menilai anakronisme atau kekacauan dari pengurutan waktu tahun kelahiran dan kematian habib ini sebagai unsur yang meyakinkan bahwa kekeramatan Habib Hasan Al Haddad adalah mitos belaka.
Sosok habib dinilai telah diidealisir, seakan-akan betul sebagai tokoh penting dan berperanan serta ditransformasi sebagai kebenaran sejarah. "Padahal itu hanya pepesan kosong belaka, suatu kepalsuan data yang direkayasa," tegasnya saat mengisi seminar Tradisi Ziarah dalam Masyarakat Indonesia di Kampus UIN, Ciputat, Kamis (28/4).
Menurutnya, cerita keramat di makam habib ini punya cerita sejarah yang dimanipulasi. Menurut penyelewengan sejarah ini ada kolaborasi dari juru kunci makam dengan masyarakat ziarah. Lebih lanjut Rizal menjelaskan proses pemitosan makam ini dibilang sangat istimewa karena berjalan sangat cepat.
Berbeda dibandingkan dengan proses keramat-keramat lain yang memerlukan waktu panjang. Diduga mitosnya secara sengaja memang dibuat sebagai alat pendukung realitas di lapangan.
Diperkuat dengan rasa hormat dan pemujaan terhadap nenek moyang yang mengakar dalam masyarakat Indonesia. Proses ini membuat jalan mitos yang dikreasikan terus-menerus hingga punya nilai komersil.
Dampaknya terlihat saat membuat mitos ini menimbulkan keresahan sosial di masyarakat. Karena kepercayaan kekeramatan makam ini dianggap faktual bahkan mereka rela membela keyakinan hingga mengorbankan nyawa sekalipun.
Sosiolog FISIP UIN Jakarta, Bambang Pranowo, menjelaskan kegiatan ziarah ke makam dipengaruhi tradisi yang dibawa oleh budaya masyarakat leluhur India. "Kegiatan tradisi ziarah yang melekat di masyarakat saat ini awalnya merupakan tradisi pemujaan terhadap roh leluhur dan roh orang-orang suci," terangnya.
Dalam perkembangannya, kegiatan ziarah makam tumbuh dalam tradisi masyarakat Jawa, yang sangat dipengaruhi tradisi leluhur masyarakat Hindu. Kemudian mengadopsi tradisi ziarah tersebut untuk menghormati orang-orang yang dipandang suci dan berkuasa.
Bambang menegaskan bahwa pengertian ziarah makam di tengah masyarakat Islam, mempunyai tujuan tertentu. Kegiatan ziarah kubur berfungsi untuk mengingatkan orang yang masih hidup bahwa kehidupan itu ada akhirnya dan semua orang akan mati.
Terpisah, Kepala Satuan Kerja Tol Akses Tanjung Priok Bambang Nurhadi membenarkan keberadaan makam menghambat pembangunan jalan tol akses Tanjung Priok.
"Memang ada masalah pembebasan di lahan Makam Mbah Priok, tapi saat ini sedang dilakukan negosiasi terpadu antar pihak yang terkait," kata Bambang, saat dihubungi wartawan.
General Manager PT Pelindo II Cabang Tanjung Priok, Cipto Pramono, menambahkan lokasi makam rencananya untuk akses keluar masuk daro jalan tol ke kawasan pelabuhan.
"Nantinya di lahan yang masih diklaim ahli waris Mbah Priok ini, akan dijadikan jalur masuk dan keluar tol lingkar luar Tanjung Priok," terangnya. Akses ini akan menjadi salah satu jalur truk dari dan menuju ke Pelabuhan.
(TB Ardi Januar)