NEW YORK - Putera Mahkota Iran Reza Pahlevi yang saat ini hidup dalam pengasingannya, bersumpah untuk membawa Arab Spring ke Iran. Putra dari Shah Iran ini bermaksud untuk membawa Iran ke dalam jurang revolusi Arab seperti di Libya dan Mesir.
Dirinya pun ingin merangkul pihak oposisi dengan menggabungkan para kritikus pemerintah dalam satu wadah yang sama. Menurutnya pemilu parlemen yang akan berlangsung hari ini di Iran, akan menjadi kesempatan bagus untuk melakukannya.
"Saya yakin, dapat kebulatan suara diantara kelompok yang beragam. Mereka pun berniat untuk mempersiapkan diri guna menghapus sistem dari rezim yang mengklaim legalitasnya," ucap Pangeran Reza Pahlevi seperti dikutipTelegraph, Jumat (2/3/2012).
Sebelumnya, media Barat melaporkan bahwa banyak seruan untuk melakukan aksi boikot atas pemilu parlemen. Adapula peringatan dari kelompok garis keras bahwa Presiden Mahmoud Ahmadinejad mempersiapkan kecurangan dalam penghitungan hasil suara.
"Kami sudah menunggu aksi boikot ini, guna menunjukan bahwa rezim saat ini bertahan karena melakukan teror. Pada pemilu terakhir, rezim ini bahkan tidak bersedia untuk melakukan toleransi dengan kandidatnya sendiri. Tidak ada lagi kepercayaan terhadap sistem (politik Iran)," lanjut Reza Pahlevi.
Meski tidak menyukai rezim Iran saat ini, Rezi Pahlevi tidak menyetujui serangan militer atas fasilitas nulkir Iran. Menurutnya cukup sanksi keras diterapkan untuk memperlemah nuklir di Iran.
"Saya kira tidak ada pihak yang dapat mencegah Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Apa yang bisa dilakukan sekarang adalah menghalanginya dan memberikan sanksi. Kami mengajukan kongres nasional yang bisa merubah rezim. Kalian (negara Barat) bisa mendukung ini," jelas Putra Mahkota Kerajaan Iran ini.
Nama Reza Pahlevi memang tidak bisa dilepaskan dari ayahnya Shah Iran yang terakhir. Pada usia 17 tahun dirinya mengungsi ke Amerika Serikat (AS) dan berada dalam pengasingan sejak ayahnya kehilangan kekuasaan pada 1979.
Sebagai penentang rezim Pemerintahan Iran, Reza Pahlevi bermaksud untuk kembali ke negaranya dan membentukan pemerintahan baru. Sistem pemerintahan itu bisa berbentuk monarki konstitusi atau sistem presidensil seperti halnya Prancis.
(Fajar Nugraha)