Ini Cara Penebar Paku Beraksi di Jakarta

Isnaini, Jurnalis
Kamis 27 Maret 2014 00:02 WIB
Abdul Rohim menunjukkan hasil operasinya (foto: Dede Kurniawan)
Share :

JAKARTA - Operasi ranjau paku yang digelar Petugas Kepolisian Lalu Lintas Satuan Wilayah Jakarta Timur bersama relawan Sapu Bersih (Saber) berhasil mengangkut sekira tiga kilogram paku.

Paku tersebut didapat setelah petugas menyisir Jalan Letjen Sutoyo di daerah UKI, Cawang dan Jalan DI Pandjaitan di Kebon Nanas.

Ketua Relawan Saber, Abdul Rohim mengatakan, mayoritas kasus ban bocor di wilayah Jakarta ini disebabkan ranjau paku. Berdasarkan pengalaman Rohim selama hampir lima tahun menyapu ranjau paku dari jalanan Ibu Kota, ada berbagai jenis ranjau paku yang kerap ditemukan.

"Dari jenis-jenisnya, terlihat memang ranjau itu sengaja dibuat dan disebarkan untuk mencelakai pengguna jalan," kata Rohim saat ditemui Okezone di Kantor Satuan Lantas Wilayah Jakarta Timur, Rabu (26/3/2014). 

Rohim menjelaskan, ada dua jenis ranjau yang biasa ditebar, yakni paku dan potongan besi jari-jari payung. Untuk paku biasanya panjang berkisar dari dua sampai lima sentimeter.

"Semakin panjang paku, semakin besar daya rusaknya terhadap ban kendaraan. Paku sepanjang lima sentimenter  bisa membuat ban langsung kehabisan angin," ungkapnya.

Menurut Rohim, biasanya paku sepanjang dua sentimeter ditebar pelaku sepanjang satu kilometer dari jarak tukang tambal ban. "Kalau pakunya kecil, tekanan angin berkurang sedikit-sedikit, ban baru terasa bocor ketika kita sudah dekat dengan tukang tambal ban," imbuhnya.

Sedangkan paku sepanjang lima sentimeter dapat merusak ban kendaraan hingga ban dalam. Hal itu akan dimanfaatkan oleh oknum tambal ban untuk memaksa pengendara mengganti ban dalam. Ranjau paku dari potongan besi juga biasa dimanfaatkan oknum tersebut. Ada yang berbentuk lurus dan dibentuk seperti siku.

Menurut Rohim, ranjau paku berbentuk siku yang paling berbahaya karena mudah menancap pada ban meski kendaraan berjalan pelan. Sebelum ditebar, paku tersebut direndam di cairan kimia tertentu sehingga warnanya berubah menjadi coklat.

"Kalau ditebar di jalan, akan menyaru dengan warna tanah jadi tidak terlihat oleh mata telanjang. Tapi ada juga paku biasa yang ditebar berwarna abu-abu, yang menyaru dengan warna aspal," ujarnya.

Sedangkan ranjau yang terbuat dari potongan besi jari-jari payung, kata Rohim, daya rusaknya paling tinggi terhadap ban. Jika ban motor atau mobil menginjak ranjau jenis ini, maka ban luar akan sobek dan ban dalam akan koyak sehingga sulit ditambal.

"Panjang besi payung ini biasanya lima sentimeter dan ditebar di jalan yang lalu lintasnya sepi, jadi kendaraan bisa melaju cepat, agar efektif merusak ban," jelasnya.

Cara penyebarannya beragam, mulai dari menyebar dengan sepeda motor lalu menaruh paku dalam kantong plastik hitam dan dilubangi. Kemudian dibiarkan paku tersebut jatuh perlahan sepanjang jalan. Ada pula dengan menjatuhkan langsung gumpalan paku dalam kantong plastik di tengah jalan. Dengan sendirinya, paku akan tercecer lantaran tergilas ban kendaraan yang lewat.

Rohim menyarankan para pemilik kendaraan bermotor di Jakarta untuk mengganti ban kendarannya dengan ban tube-less alias ban yang tidak memakai ban dalam. Pengendara juga dihimbau tidak membawa kendaraan dengan kecepatan tinggi. Karena resiko rusak ban lebih tinggi saat laju kendaraan cepat.

"Ban jenis ini kempisnya pelan-pelan kalau kena ranjau, dan perbaikannya mudah. Namun ban tubeless juga bisa rusak jika terkena ranjau jenis besi payung. Yang penting jangan ngebut kalau di daerah rawan paku," paparnya.

(Rizka Diputra)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya