JAKARTA - Dunia kini dalam genggaman. Berbekal smartphone, kita bisa berkomunikasi dengan kenalan di benua seberang, mengetahui peristiwa di negara tetangga, hingga meng-update informasi terbaru tentang berbagai hal. Kapan pun di mana pun, cukup dengan satu kali "klik".
Kemudahan ini mungkin terjadi dengan dukungan teknologi. Perkembangan teknologi yang kian cepat dan massif pun merambah ke berbagai bidang. Tidak terkecuali pendidikan.
Sekarang sudah menjadi pemandangan umum para guru memanfaatkan teknologi di ruang-ruang kelas; menggunakan multimedia untuk menerangkan subjek pelajaran hingga berbagi materi pelajaran via email. Pemanfaatan teknologi di tingkatan pendidikan tinggi lebih canggih. Para mahasiswa akrab dengan berbagai proyek yang memanfaatkan teknologi, mulai dari pembuatan presentasi hingga membidani kelahiran berbagai inovasi.
Dalam tingkatan lebih tinggi lagi, kampus memanfaatkan teknologi untuk menyelenggarakan pendidikan dalam jaringan alias online. Namun, tidak semua civitas akademika siap menghadapi sistem baru dalam pendidikan akibat pengaruh perkembangan teknologi. Bahkan, Rektor University of Southern California (USC) CL Max Nikias menyebutnya sebagai "gempa bumi" dalam dunia akademik.
Menurut Nikias, perkembangan dalam media digital dan akses internet berkecepatan tinggi menyebabkan hadirnya "revolusi teknologi online". Keduanya merupakan prasyarat lahirnya revolusi pendidikan, dari yang sebelumnya tatap muka menjadi online, tanpa kelas fisik. Melalui sistem kuliah online, perguruan tinggi dapat menyatukan para mahasiswa dari berbagai daerah yang berjauhan ke dalam lingkungan kelas virtual. Mereka juga bisa berinteraksi dengan guru dan sesama mahasiswa dalam lingkungan virtual tersebut.
"Teknologi kini sudah canggih dan akan semakin canggih dalam beberapa dekade ke depan. Inilah faktor pendukung lahirnya revolusi pendidikan online," ujar Nikias, ketika berbincang dengan Okezone di Jakarta, belum lama ini.
Kampus yang dipimpin Nikias sejak 2010 sendiri sudah memanfaatkan teknologi dalam pendidikan sejak sekira 40 tahun lalu. Dimulai dari penyiaran kuliah USC di stasiun televisi lokal di Southern California pada era 1970-an, USC terus mengembangkan sistem pendidikan online mereka. Bahkan, USC mengenalkan pendidikan online via internet ketika Nikias menjabat sebagai dekan sekolah teknik pada 1991.
Pakar dalam bidang sistem digital media, signal processing dan biomedis ini menilai, sistem kuliah online adalah hal yang baik bagi institusi pendidikan. Sistem ini memungkinkan perguruan tinggi menjangkau lebih banyak pelajar di berbagai sudut dunia.
"Tetapi, revolusi teknologi ini juga memberikan tekanan yang cukup besar bagi pihak universitas. Mereka harus benar-benar mendefinisikan apa yang ingin mereka capai di masa depan," tutur ayah dua putri tersebut.
Peraih gelar Master dan Doktor dari State University of New York itu memaparkan, saat ini perguruan tinggi di Amerika Serikat mencoba melakukan sesuatu di era digital ini. Kampus penyelenggara kuliah online sendiri sudah banyak. Nikias memperkirakan, jumlahnya akan kian banyak di masa depan.
"Menurut saya, itu sehat. Pelajar dan orangtua akan memiliki lebih banyak pilihan. Orangtua bisa memilih untuk mengirim anak mereka ke kampus untuk meraih gelar sarjana dengan kuliah penuh tatap muka atau masuk ke program kuliah online dan mengikuti semua kelas perkuliahan secara online," papar Nikias.
Di sela-sela kunjungannya ke Jakarta beberapa waktu lalu, Nikias bercerita tentang revolusi pendidikan online dan berbagai isu pendidikan global. Simak penuturan lengkapnya dalam seri Wawancara Khusus Okezone dengan Rektor University of Southern California (USC) CL Max Nikias mulai Senin, 29 April 2014 .
(Rifa Nadia Nurfuadah)