JAKARTA – Pertemuan antara calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie di Pasar Gembrong, Jakarta Timur, makin menguatkan isu koalisi yang akan dijajaki keduanya. Golkar hampir dipastikan masuk barisan pendukung Jokowi.
Namun jika memang akhirnya Golkar mendukung Jokowi menjadi calon presiden, ini adalah kali pertama dalam sejarah Partai Beringin tak memiliki calon presiden dalam pemilu. Sebab pada pemilu sebelumnya, setidaknya pemilu langsung pasca-Reformasi, Golkar selalu memiliki jagoan untuk diusung kendati kalah dalam pertarungan.
Sedikit membuka sejarah, semua orang tahu kalau Golkar adalah partai yang berkuasa di zaman Orde Baru. Selama 32 tahun, Golkar kerap menjadi jawara setiap pemilu berlangsung. Hal ini tak lepas dari peran Soeharto kala itu yang menjadi penguasa di republik ini. Tak hanya di pemerintahan, Golkar pun sangat kuat di parlemen. PPP dan PDI ketika itu sebagai pesaing seakan tak bertaji di hadapan Golkar.
Hingga akhirnya era Reformasi tiba, pemilihan presiden pun langsung dipilih rakyat. Golkar tidak patah arang. Mereka tetap memiliki jagoan untuk diusung menjadi capres. Pada Pemilu 2004, Golkar kala itu mengusung Wiranto berpasangan dengan Salahudin Wahid. Wiranto saat itu menjadi pemenang Konvensi Golkar mengalahkan Akbar Tandjung, Prabowo Subianto, dan Surya Paloh.
Sayang, Golkar gagal menjadi juara di pilpres, kendati menjadi jawara di pileg. Pasalnya, pasangan Wiranto-Wahid tak lolos ke putaran kedua karena kalah bersaing dengan pasangan SBY-Jusuf Kalla dan pasangan Megawati-Hasyim Muzadi. Tapi, pengalaman tampaknya membuat Golkar sangat matang dalam berpolitik. Sebab, salah satu kader Golkar yakni Jusuf Kalla memilih maju dengan pasangan lain (SBY) dan justru keluar menjadi juara. Artinya, meski jagoannya kalah, Golkar tetap berjaya di Senayan dan Medan Merdeka di bawah kendali JK.
Lima tahun kemudian, tepatnya pada Pemilu 2009, Golkar gagal menjadi jawara di DPR dan harus digeser posisinya oleh Partai Demokrat yang kala itu citra partai besutan SBY ini sedang “lucu-lucunya”. Namun, Golkar tak ciut untuk mencalonkan presiden. Saat sejumlah parpol melakukan komunikasi politik, Golkar justru buru-buru mendeklarasikan pasangannya untuk capres dan cawapres. Duet Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win)-lah yang mereka usung. Golkar saat itu hanya berkoalisi dengan Partai Hanura (partai baru yang didirikan Wiranto).
Kini, Pemilu 2014 di depan mata. Sejak jauh-jauh hari partai beratribut warna kuning ini mengusung sang ketua umum Aburizal Bakrie menjadi calon presiden. Meski tak menjadi juara di pileg, setidaknya Golkar bisa menjadi runner-up dengan perolehan suara 14.75 persen. Sayang, Golkar seperti kesulitan mencari mitra koalisi untuk mengusung Ical. Padahal, komunikasi sudah gencar dilakukan dengan sejumlah parpol.
Hingga akhirnya, Golkar pun bersua dengan Jokowi di Pasar Gembrong dan melabuhkan pilihannya kepada capres PDI Perjuangan tersebut. Entah kursi cawapres atau menterikah yang disasar Golkar. Namun jika akhirnya Golkar memutuskan mengusung Jokowi, akan menjadi catatan sejarah mereka tidak mengusung kadernya sendiri di pilpres.
(TB Ardi Januar)