S Pernah Ditampar karena Tolak Layani Tamu

Isnaini, Jurnalis
Sabtu 14 Juni 2014 02:48 WIB
ilustrasi (Okezone)
Share :

JAKARTA - Selama bekerja sebagai wanita penghibur, S (15), korban trafficking, sering mendapat perlakuan buruk. S mengaku pernah ditampar seorang tamu karena menolak untuk melayaninya.

"Aku pernah ditampar karena saya enggak mau, tapi mami tetap menyuruh saya menemani tamu itu," ujar S saat ditemui di Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Jalan TB Simatupang, Jakarta Timur, Jumat (13/6/2014).

Tak hanya itu, S mengaku kehidupannya seperti terpenjara. S dilarang berinteraksi dengan dunia luar. Kehidupannya hanya di mess dan jika ada tamu yang ingin dilayani, S diantar-jemput dari mess ke hotel.

Bahkan, jika sedang sakit, ada dokter yang mendatanginya. Orangtua S yang sudah dua kali datang ke Jakarta tak mampu membawa pulang anak bungsu dari tujuh bersaudara itu. S dilarang pulang oleh sejumlah pria yang mengawasi kehidupannya dengan alasan utang sebesar Rp2,4 juta kepada Abun belum lunas.

"Saya terpaksa berutang untuk membayar utang sang ibu di warung dekat rumah. Saya bayar utang pakai uang tip dan sekarang sudah lunas," kata S.

Namun, setelah dua bulan bekerja dan utangnya kepada Abun lunas, S tetap tak bisa kembali ke kampung halaman. S justru dijual oleh Abun kepada germo lainnya bernama Toto yang menjalankan bisnis prostitusi di Grand LA Bar and Massage di Jakarta Pusat.

Di tempat hiburan malam itu, S sempat bekerja selama satu minggu hingga bertemu dengan seorang tamu yang bersedia menyelamatkannya. Selanjutnya, tamu yang bekerja pada sebuah LSM itu membawa S ke kantor Komnas PA.

"Aku enggak kuat disiksa kerja seperti itu lagi. Ingin pulang ke rumah dan melanjutkan sekolah," kata remaja yang terakhir mengenyam pendidikan kelas VII SMP itu.

S, remaja asal Indramayu, Jawa Barat menjadi korban trafficking dan dipaksa bekerja sebagai pekerja seks komersil di dua tempat hiburan malam di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat dan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Dalam satu hari, sejak pukul 14.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB dinihari, S dipaksa melayani tiga hingga empat tamu hotel.

S mengaku tidak pernah mendapat gaji dari Abun, atau manajemen hotel. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, S mengandalkan uang tip dari para tamu yang besarannya sekira Rp100-Rp300 ribu.

(Rizka Diputra)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya