Aburizal Bakrie

Susi Fatimah, Jurnalis
Rabu 03 Desember 2014 17:06 WIB
Aburizal Bakrie (Foto: Okezone)
Share :

Keberuntungan rupanya datang bergandengan, dan dengan sukses di bidang energi, ARB dan adik-adiknya merambah ke berbagai bidang lainnya secara cukup agresif, seperti properti, perkebunan, dan infrastruktur.

Itulah periode kebangkitan kembali yang cukup mengesankan. ARB berhasil membangun lagi sebuah kelompok usaha yang lebih besar daripada sebelumnya. Pada terbitan tahun 2008, majalah Forbes menempatkannya dalam posisi nomor satu daftar orang terkaya di Indonesia.

Sukses ini menghidupkan lagi keinginan ARB untuk aktif dalam dunia filantropi dan kegiatan sosial. Oleh kawan-kawannya, ia dikenal sebagai seseorang yang murah hati dalam mengulurkan tangan jika ada kesulitan. Sifat seperti ini disalurkan secara terlembaga, terutama dalam dunia pendidikan, dengan membantu dan mendirikan banyak institusi, seperti Penghargaan Achmad Bakrie, yang setiap tahun memberikan apresiasi kepada kaum intelektual, sastrawan, dokter, fisikawan, dan semacamnya; serta pemberian beasiswa Achmad Bakrie, yang mengirimkan lulusan SMA terbaik di Indonesia untuk meraih gelar doktor di universitas ternama di Amerika Serikat dan negeri maju lainnya.

Selain itu, ARB juga membantu berdirinya Freedom Institute, mendirikan Yayasan Bakrie Untuk Negeri, serta Universitas Bakrie yang memberikan beasiswa penuh bagi banyak pelajar dari berbagai daerah. Pada tingkat internasional, ARB membiayai pembentukan Bakrie Chair for Southest Asian Studies of Peace and Democracy di lembaga dunia ternama, Carnegie, Amerika Serikat, serta mendirikan lembaga yang sama di Nanyang Technological University, Singapura.

Karir Politik

Pada saat kebangkitan usahanya, ARB beralih dari dunia usaha dan masuk ke dalam dunia pemerintahan. Ia dilantik sebagai Menteri Koordinator Perekonomian dalam cabinet era Presiden SBY-JK. Ia mengumpulkan anak-anak muda bergelar doktor dan master untuk membantunya sebagai staf ahli Menko Perekononomian.

Sebagai Menko Perekonomian prestasi Ical cukup bagus. Ia berhasil menambah pundi-pundi Indonesia menjadi Rp25 trilliun pertahun selama sepuluh tahun pertama beroperasinya Blok Cepu. Dan ia juga berhasil renegosiasi dengan Perusahaan Exxon, dengan bertemu langsung dengan CEO perusahaan minyak tersebut setelah selama ini negosiasi tersebut berkatung-katung.

Setahun lebih Ical menjabat sebagai Menko Perekonomian, posisinya digantikan oleh Boediono yang kemudian menjadi Wakil Presiden SBY di pemerintahan berikutnya, dan ARB beralih tugas menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra).

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya