Meski begitu, masalah lumpur Lapindo di Sidoarjo menjadi salah satu masalah yang hingga kini tak kunjung usai. Ribuan rumah dan sawah terendam akibat luapan lumpur dari perusahaan Lapindo Brantas. Masalah ini pun menjadi penyebab perpecahan antara Ical dan Sri Mulyani. Konflik ini bermula saat negara mengambil alih tanggungjawab atas kerugian dari luapan lumpur tersebut.
Hal ini mendapat pertentangan dari mantan Mentri Keuangan, Sri Mulyani. Menurutnya kasus tersebut murni kesalahan dari PT Lapindo Brantas dan semuanya tangggungjawab dari Bakrie Grup selaku pemegang saham terbanyak. Tak hanya itu, percekcokan keduanya pun terjadi ketika pemerintah zaman SBY–JK mengintervensi penjualan saham PT Bumi Resource Tbk yang notabene adalah milik keluarga Bakrie.
Pada tahun 2007 Bakrie juga tersandung kasus dalam tender operator SLI, kala itu perusahaan nya Bakrie Telecom dipilih oleh Departemen Komunikasi dan Informatika dalam seleksi tender SLI. Namun hal ini menjadi perdebatan karena Bakrie Telecom belum mampu memenuhi persyaratan dari segi kesiapan infrastruktur.
Dimana saat itu sedang terjadi krisis global yang mengakibatkan seluruh harga saham rontok dan Bursa Efek Indonesia (BEI) tutup beberapa hari. Namun tak berapa lama, Menkeu saat itu membuka kembali BEI dan terjadi penurunan harga saham sangat tajam.
Walaupun banyak konflik menerpa dirinya, nama Aburizal Bakrie tetap berjaya. Ia terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar mengalahkan pesaing beratnya Surya Paloh. Setelah terpilih menjadi menteri di tahun 2004, ia melimpahkan kepemimpinan Bakrie Grup ke sang adik Nirwan Bakrie.
(Syukri Rahmatullah)