Mencari tuyul, kata Mulyadi, dilakukan pada malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon, dalam kalender hitungan Jawa. Seseorang yang datang ke Gunung Suru, kemudian pulang sambil menyatukan kedua tangan di belakang, berarti dia sudah mendapatkan Tuyul.
"Kalau jalannya membungkuk, tanggannya ke belakang, dia itu sudah mengendong tuyul untuk dibawa pulang. Katanya begitu, tapi enggak tau juga karena tuyul itu kan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang," bebernya.
Di Gunung Suru, kata dia, terdapat batu ogal agil yang menyerupai payung. Batu itu merupakan tempat di mana tuyul berkumpul satu sama lain. Namun, batu tersebut juga sudah dirusak.
"Entah yang merusak warga atau dukun, tapi yang jelas sudah diglimpangke (dituntuhkan)," jelasnya.
(Carolina Christina)