Agus pun mengungkapkan alasan tidak menjualnya. Sebab dari usaha bemo itu, tepatnya di masa jayanya pada era '70 sampai '80, Agus bisa menghidupi keluarganya, bahkan bisa menamatkan empat anaknya menjadi sarjana.
“Alhamdulillah dari usaha ini empat anak jadi sarjana. Satu pernah kuliah sampai Jepang, di Unpad, Universitas Bung Hatta, saya lupa dua lagi yang jelas keempat anak saya kuliah, mereka sudah berkeluarga dan merantau di Jawa. Itu makanya saya tidak mau jual mobil ini,” tuturnya.
Agar tidak dimakan usia, Agus memang kerap memperbaiki bemonya sendiri. Bemo yang bermesin Daihatsu ini tidak memiliki bengkel khusus di Padang.
“Jadi, caranya kita bengkel sendiri, dan suku cadangnya kita cari sendiri yang mungkin cocok. Kadang kita beli sama pemilik bemo lagi atau di kanibalkan,” ucapnya.
Kini bemo kesayangan Agus itu tidak lagi mengangkut penumpang, sekarang hanya mengangkut barang.