“Untuk kita, Rp25 ribu. Belum lagi bensin yang rata-rata sehari habis 10 liter. Itulah penghasilan kini,” ungkap Ismail dengan nada lirih.
Berkurangnya peminat bemo dirasakannya sejak 2000-an ditambah kenaikan BBM dan banyak transportasi alternatif lainnya.
“Di sinilah masa-masa tersulit para sopir bemo. Pada 2009, gempa besar yang melanda Kota Padang dan sekitarnya memperburuk kondisi, terutama lokasi ngetemnya yang sudah tertimbun reruntuhan bangunan pasar,” tuturnya .
(Carolina Christina)