Asal-Usul Ambulans Si Gadjah

Randy Wirayudha, Jurnalis
Senin 30 Maret 2015 06:29 WIB
Ambulans Si Gadjah atau Si Dukun (foto: Randy/Okezone)
Share :

PADALARANG – Di antara mobil-mobil ambulans yang hingga kini masih bisa “bernafas”, mungkin ambulans “si gadjah” atau "si dukun" yang paling legendaris. Ambulans yang pernah membawa pimpinan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo itu kini jadi bagian dari sarana “Museum Keliling”.

Museum Keliling merupakan inisatif dari Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang berlokasi di Jalan Lembong No.38, Kota Bandung, berada di bawah naungan Pembinaan Mental Kodam (Bintaldam III) Siliwangi.

Ambulans unik ini kembali jadi sarana buat pembelajaran sejarah untuk publik dan memancing antusiasme pengunjung di event bertajuk Bandoeng Baheula, yang digelar di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung, pada 28-29 Maret 2015.

Tapi dari mana asal-usul mobil ambulans dengan brand Chevrolet asal Amerika Serikat ini punya julukan “si gadjah” atau “si dukun”?

“Dijuluki si gadjah karena posturnya besar seperti gajah, kalau (julukan) si dukun, pada waktu itu prajurit Siliwangi eranya (menumpas) DI/TII, dirawat dan disembuhkan (di dalam ambulans), makanya dijuluki si dukun,” terang Kepala Museum Mandala Wangsit Siliwangi, Kapten Caj Bambang Irianto kepada Okezone.

Sejarah ambulans ini digunakan Kodam III Siliwangi sejak 1957-1962, untuk menyelamatkan korban luka atau gugur ketika memberantas gerombolan DI/TII di berbagai wilayah Jawa Barat, seperti Cijapati, Cihanyir, Rancakole, Ibun, Paseh, Ciekek, dan Majalaya.

Setelah itu, ambulans tersebut dipakai Rumah Sakit Majalaya, hingga akhirnya dihibahkan ke Bintaldam III, tepat ketika berdirinya Museum Mandala Wangsit Siliwangi pada 1980.

“Si gadjah ada sejak berdirinya museum tahun 1980. Waktu itu kondisinya tidak layak jalan, tapi mesinnya masih orisinil,” terangnya.

“Kemudian, pada awal 2013, kita punya angan-angan menghidupkan kembali dan pada Maret 2013 dengan juga digugah Kabintaldam, ambulans ini jadi bagian seperangkat museum keliling untuk menggerakkan publikasi di luar (museum),” tutup Bambang.

(Randy Wirayudha)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya