JAKARTA - Bisnis prostitusi online yang memanfaatkan media sosial semakin menjamur, dan tumbuh subur di Jakarta. Tak pelak, kondisi ini kian meresahkan warga Ibu Kota.
Menanggapi hal tersebut, Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala menegaskan, bisnis prostitusi online tersebut sudah menjadi peringatan (warning) bagi aparat kepolisian. Di mana dengan mudahnya para pelaku menjalankan bisnis esek-esek itu.
"Saya kira begini (bisnis prostitusi online-red) sudah menjadi satu alarm bagi kepolisian dalam memberantasnya, karena semakin banyak saja bisnis itu," ujar Adrianus kepada Okezone, di Jakarta, Minggu (10/5/2015).
Selain itu, Adrianus juga meminta kepada Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara untuk menjalin koordinasi dengan Polri dalam upaya membumihanguskan bisnis esek-esek online tersebut.
Pasalnya, kata dia, Menkominfo selama ini hanya sibuk mengurus hal lain, seperti pembangunan layanan 4G di Indonesia, dan akhirnya mengabaikan fenomena prostitusi online yang semakin marak tersebut.
"Ini (prostitusi online-red) peringatan untuk itu Kemenkominfo harus selalu berkoordinasi dengan kepolisian, karena selama ini Kemenkominfo sibuk urusi yang lain," tegasnya.
Menurutnya, Jakarta dan sejumlah kota penyangga di sekitarnya kini sudah menjadi ladang subur dalam bisnis esek-esek tersebut. Apalagi, sang mucikari dengan mudahnya menggunakan media sosial dalam mempromosikan para pekerja seks komersial (PSK) tersebut.
"Ini jadi peringatan lho ke depannya," tandas Adrianud yang juga komisioner Kompolnas itu.
Sekadar informasi, belum lama ini kepolisian berhasil mengungkap praktik prostitusi online di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan. Prostitusi di Apartemen Kalibata City menurut sejumlah saksi eksistensinya sudah cukup lama.
Teranyar, seorang mucikari berinisial RA pun dicokok polisi lantaran terungkap menjalankan bisnis haram itu dengan bayaran sangat fantastis mulai dari kisaran Rp80-200 juta sekali berkencan.
(Rizka Diputra)