“Shibuya dan Setagaya ingin membangun sebuah masyarakat yang menerima perbedaan terutama dalam mengakui pasangan sejenis. Kami harap tindakan ini menginspirasi wilayah lain di seluruh Jepang,” ujar Wali Kota Setagaya Nobotu Hosaka dalam sebuah konferensi pers seperti dilaporkan Japan Today, Minggu (25/10/2015).
Pasangan sejenis di Jepang harus berhadapan dengan diskriminasi di berbagai tempat seperti rumah sakit dan sekolah. Mereka terkadang kesulitan untuk mencari tempat tinggal dan mengunjungi orang-orang di rumah sakit yang bukan kerabat atau keluarga.
Bagaimanapun juga, menurut otoritas Shibuya, sertifikat tersebut nantinya tidak akan mengikat secara hukum. Meski hubungan sejenis diakui dan dianggap setara, hubungan tersebut tetap saja berbeda dengan hubungan pernikahan dalam Undang-Undang yang berlaku di Jepang.
(Hendra Mujiraharja)