SEMARANG - Ratusan pemuda pengangguran di lereng Gunung Ungaran, Jawa Tengah, dihimpun untuk bermain kuda lumping. Mereka membentuk paguyuban yang bertujuan melestarikan berbagai seni tari tradisional yang kental dengan nuansa magis. Tari-tarian itu dimainkan dengan media kuda lumping dan barong.
“Awalnya dulu mereka itu liar, terus ada yang datang ke saya untuk dibimbing. Jumlah tersebut terus bertambah hingga saat ini sekira 115 orang,” kata Ketua Paguyuban Wahyu Sekar Langen Budoyo, Prayogi, kepada Okezone, Jumat (11/12/2015).
Kini mereka rutin menggelar latihan berbagai tari tradisional di antaranya Tari Prajuritan, Tari Senterewe, Tari Begon Putri, dan Tari Gedruk. Tari-tarian itu biasanya diperankan oleh empat hingga enam penari, yang menceritakan keperkasaan prajurit Kerajaan Mataram.
Namun, halaman rumahnya di Desa Gedanganak, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, kini tak mampu lagi menampung seluruh anggota untuk berlatih. Akibatnya, latihan harus digilir untuk menyesuikan lokasi. “Padahal saat ini sudah mencapai jalan latihannya, tapi masih enggak cukup juga,” tukas Prayogi.