JAKARTA – Anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Makmun Murod menegaskan, autopsi yang dilakukan oleh PP Muhamadiyah terhadap jenazah tersangka teroris asal Klaten, Jawa Tengah, Siyono adalah bentuk rasa sayang kepada Polri.
Siyono sendiri meninggal usai ditangkap Densus 88 Antiteror.
"Jadi autopsi merupakan bagian sikap sayang Muhammadiyah kepada polisi. Dari data Komnas HAM, ada 118 orang terduga teroris meninggal (ditembak mati) tapi enggak jelas dasar hukumnya. Jadi autopsi yang dilakukan (terhadap Siyono) merupakan rasa sayang kita kepada polisi," kata Murod di Divisi Humas Mabes Polri, Kamis (7/4/2016).
Bahkan, autopsi yang dilakukan tersebut juga melibatkan dokter forensi dari Polri. Sebab itu, ia berharap jangan sampai ada autopsi-autopsi selanjutnya layaknya kasus kematian Siyono tersebut.
"Dengan autopsi ini, kita harap Densus ke depan harus hati-hati. Kalau tidak maka akan berhadapan dengan autopsi selanjutnya mungkin juga NU (Nadlatul Ulama) juga ikut. Karena langkah yang diambil Muhammadiyah juga dalam koridor hukum," katanya.
(Baca juga: PAN: Copot Kadiv Humas Polri!)
Menurutnya, autopsi Siyono hanya untuk mengetahui lebih jelas karena ada hal yang dirasa janggal dan tidak wajar dari kematiannya.
"Autopsi ini hanya bagian ingin tahu, kalau dia (Siyono) teroris atau tidak bukan urusan Muhammadiyah, tapi meninggal secara tidak wajar itu urusan Muhammadiyah," pungkasnya. (sal)
(Muhammad Saifullah )